Laman

Selasa, 22 Maret 2022

Tantrum pada Anak, Kenali Penyebab, Cara Mengatasi, dan Cara Mencegahnya!

 


Moms juga harus tahu cara menghadapi tantrum pada Anak, tidak boleh dengan emosi!

 

 

Artikel ditulis oleh Adeline Wahyu

Disunting oleh Andra Nur Oktaviani

Tantrum merupakan hal yang sering kita temui pada anak-anak. Tantrum pada anak ini bisa membuat orang tua menjadi frustasi. Tetapi daripada melihatnya sebagai bencana, Moms dan Dads bisa memperlakukan amukan ini sebagai kesempatan untuk mengajari anak hal yang benar.

Amukan kemarahan bisa terjadi dari merengek dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul, dan menahan napas. Hal ini sama-sama umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dan biasanya terjadi antara rentang usia 1 hingga 3 tahun.

“Tantrum bukanlah suatu penyakit namun sebuah gangguan yang memerlukan penanganan khusus,” terang dr. Robert Soetandio, Dokter Spesialis Anak, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Tantrum adalah ledakan emosi yang dirasakan oleh anak-anak atau orang dewasa yang memiliki masalah dalam emosional. Biasanya tantrum terjadi pada usia 1,5-2 tahun dan sebaiknya sudah hilang pada usia 4-5 tahun.

Anak dengan usia 1,5-2 tahun memiliki kendala bahasa yang belum lancar, sehingga anak belum bisa mengenali emosi yang dirasakannya.

Beberapa anak mungkin sering mengamuk, dan yang lain jarang mengalaminya. Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustrasi.

Menurut dr. Robert, tantrum juga ditandai dengan sikap keras kepala, menangis keras, marah-marah, dan sulit menenangkan diri. Hal ini umum terjadi pada anak. Kejadian tantrum pada anak disinyalir erat kaitannya dengan cara berkomunikasi anak tersebut.

ADVERTISEMENT

 

Penyebab Tantrum pada Anak

 

Foto: Orami Photo Stock

Tantrum pada anak usia 1-3 tahun adalah hal yang biasa terjadi. Ini karena keterampilan sosial dan emosional anak-anak baru mulai berkembang pada usia ini. Anak-anak sering kali tidak memiliki kata-kata untuk mengekspresikan emosi yang besar.

Mereka mungkin sedang menguji kemandirian mereka yang semakin besar. Dan mereka menemukan bahwa cara mereka berperilaku dapat memengaruhi cara orang lain berperilaku.

Jadi tantrum pada anak adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.

Anak-anak yang lebih besar juga bisa mengamuk. Ini bisa jadi karena mereka belum mempelajari cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.

Untuk balita dan anak yang lebih besar, ada beberapa hal yang dapat membuat tantrum pada anak adalah:

  • Temperamen. Dapat memengaruhi seberapa cepat dan kuat reaksi anak-anak terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat frustrasi. Anak-anak yang mudah marah mungkin lebih cenderung mengamuk.
  • Stres, lapar, kelelahan, dan stimulasi berlebihan. Hal ini dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan perilaku.
  • Situasi yang tidak dapat diatasi oleh anak-anak. Misalnya, balita mungkin kesulitan mengatasinya jika anak yang lebih besar mengambil mainan.
  • Emosi yang kuat. Misalnya kekhawatiran, ketakutan, rasa malu dan amarah dapat menjadi beban bagi anak-anak.

Jenis Tantrum pada Anak

Ada beberapa jenis tantrum pada anak. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak di bawah ini yuk.

1. Tantrum Manipulatif

Tantrum pada anak ini muncul ketika keinginan anak tidak terpenuhi dengan baik. Tidak semua anak mengalami tantrum ini. Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan atas keinginannya.

ADVERTISEMENT

 

Cara untuk mengatasi tantrum jenis ini adalah dengan menenangkan si kecil. Moms dapat membawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau anak dan awasi, bebaskan ia untuk melakukan apa yang ia mau untuk bisa meluapkan emosinya.

Emosi Moms harus tetap terjaga, jangan ikutan tantrum,ya. Jika anak sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima, tentu dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak. Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan.

Jika dengan cara ini anak masih mengalami tantrum, cara terbaik mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya. Ajak anak untuk melakukan kegiatan lain yang menyenangkan. Jika masih kesulitan mengatasinya, bisa berkonsultasi langsung dengan psikolog anak dan remaja.

2. Tantrum Frustasi

Dalam jurnal Temper Tantrums, jenis tantrum pada anak ini adalah episode singkat dari perilaku ekstrem, tidak menyenangkan, dan terkadang agresif sebagai respons terhadap frustrasi atau kemarahan.

Terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Anak berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini, akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.

Faktor lain yang juga mempengaruhi antara lain kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.

Cara untuk mengatasi tantrum frustasi adalah dengan dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang. Lalu, bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa ia lakukan.

Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang ia inginkan, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik.

Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orang tua atau orang lain yang telah dikenalnya.

Sesekali memberikan pujian kepada anak jika ia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Saat anak meminta pertolongan berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.

Moms harus memberikan disiplin dan konsistensi kepada anak, dibutuhkan sikap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum. Kebanyakan orang tua tidak tega lalu memberi yang diinginkan anak atau orang tua marah melihat perilaku anak.

Hal itu akan memperparah tantrum, sebab anak akan berpikir perilakunya efektif untuk meminta sesuatu.

Bagi orang tua yang tidak dapat merawat anaknya sendiri dan menggunakan jasa pengasuh anak, pendidikan anak tetaplah berpusat pada orang tuanya. Kendati orang tua sibuk bekerja namun perkembangan anak harus tetap diketahui.

Latih para pengasuh untuk bisa menangani anak dengan cara yang sama dengan orang tua mendidiknya. Jangan sampai orang tuanya konsisten, pengasuhnya tidak konsisten.

Tantrum pada anak memang terkadang merepotkan. Namun, peran orang tua dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan karakter anak. Ketika menenangkan anak, sebaiknya orang tua menghindari tindakan kekerasan pada anak agar anak merasa dihargai.

Orang tua adalah panutan bagi anak, jadi sebaiknya lakukan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran untuk anak. Hindari sikap marah saat anak kita tantrum.

Mengatasi Tantrum pada Anak

 

Foto: Orami Photo Stock

Mungkin tidak ada cara yang mudah untuk mencegah amukan anak, tetapi ada banyak hal yang dapat Moms lakukan untuk mendorong perilaku yang baik bahkan pada anak-anak yang masih kecil sekalipun. Tips mengatasi tantrum pada anak yang bisa Moms lakukan adalah:

Baca Juga: Balita Mengamuk? Ketahui Perbedaan Tantrum dan Sensory Meltdown

  • Bersikaplah konsisten. Tetapkan rutinitas harian agar anak Moms tahu apa yang diharapkan. Patuhi rutinitas sebanyak mungkin, termasuk waktu tidur siang dan waktu tidur. Tetapkan batasan yang masuk akal dan ikuti secara konsisten.
  • Rencanakan ke depan. Lakukan tugas saat anak tidak lapar atau lelah. Jika Moms ingin, bisa kemasi mainan kecil atau makanan ringan untuk anak.
  • Dorong anak untuk mengungkapkan kekesalannya. Anak kecil memahami lebih banyak kata daripada yang bisa mereka ungkapkan. Jika anak belum bisa berbicara, ajarkan dia bahasa isyarat untuk kata-kata seperti "Saya ingin", "lebih", "minum", "sakit hati", dan "lelah". Seiring bertambahnya usia anak, bantu dia mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.
  • Biarkan anak membuat pilihan. Hindari mengatakan "tidak" untuk semuanya. Untuk memberi anak rasa kendali, biarkan dia membuat pilihan. "Apakah kamu ingin memakai baju merah atau baju biru Anda?" "Apakah Anda ingin makan stroberi atau pisang?"
  • Puji perilaku yang baik. Berikan perhatian ekstra saat anak berperilaku baik. Peluk anak atau beri tahu anak betapa bangganya kita ketika dia membagikan atau mengikuti arahan.
  • Hindari situasi yang bisa memicu tantrum. Jangan berikan anak mainan yang terlalu canggih untuknya. Jika anak meminta mainan atau camilan saat berbelanja, cobalah untuk menghindari area yang memiliki godaan ini.

Mencegah Tantrum pada Anak

 

Meskipun tantrum pada anak terkadang terjadi tanpa peringatan, orang tua sejatinya sudah tahu kapan anak mereka mengalami temper tantrum. Mengetahui kapan anak akan mengalami hal ini dan tahu bagaimana mencegah temper tantrum bisa sangat membantu.

Misalnya karena kita tidak akan membiarkan anak menjadi terlalu lelah karena tantrum atau lapar karenanya.

Mengutip dari Stanford’s Children Health, beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah tantrum pada anak, seperti:

  • Tetap melakukan rutinitas untuk waktu makan dan tidur. Jangan pergi jalan-jalan yang jauh, atau menunda makan dan tidur siang anak.
  • Mengalihkan perhatian anak dengan mainan yang biasa anak mainkan atau mainan favorit Si Kecil.
  • Temper tantrum pada anak merupakan hal yang wajar. Ingatlah bahwa anak memiliki kekurangannya masing-masing.
  • Bantu anak untuk mencegah frustrasi. Persiapkan anak untuk perubahan dengan membicarakannya sebelum terjadi.
  • Jelaskan pada anak mengenai aturan apa yang harus ia ketahui.

Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua saat Tantrum pada Anak Terjadi

Dikutip dari KidsHealth, menghadapi tantrum pada anak tidak boleh dengan emosi lho Moms. Tetap tenang saat menanggapi tantrum pada anak adalah kunci. Jangan memperumit masalah dengan rasa frustrasi atau amarah Moms sendiri. Ingatkan diri Moms bahwa tugas Moms adalah membantu anak belajar tenang. Jadi Moms juga harus tenang.

Tantrum harus ditangani secara berbeda tergantung pada mengapa anak marah. Terkadang, Moms mungkin perlu memberikan penghiburan. Jika anak lelah atau lapar, inilah waktunya untuk tidur siang atau makan camilan. Di lain waktu, sebaiknya abaikan ledakan atau alihkan perhatian anak dengan aktivitas baru.

Jika tantrum pada anak terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua, salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya. Jika amukan terjadi setelah anak ditolak, tetaplah tenang dan jangan memberikan banyak penjelasan mengapa anak tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Lanjutkan ke aktivitas lain bersama anak.

Jika tantrum terjadi setelah anak disuruh melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan, sebaiknya abaikan amukan tersebut. Tetapi pastikan Moms melanjutkan dengan meminta anak menyelesaikan tugas setelah dia tenang.

Anak-anak yang berada dalam bahaya melukai diri sendiri atau orang lain selama tantrum harus dibawa ke tempat yang tenang dan aman untuk menenangkan diri. Ini juga berlaku untuk amukan di tempat umum.

Jika ada masalah keamanan dan balita mengulangi perilaku terlarang tersebut setelah disuruh berhenti, gunakan waktu istirahat atau pegang anak dengan kuat selama beberapa menit. Bersikaplah konsisten. Jangan menyerah pada masalah keamanan.

Anak-anak prasekolah dan anak-anak yang lebih tua lebih cenderung menggunakan tantrum untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan jika mereka mengetahui bahwa perilaku ini berhasil. Untuk anak-anak usia sekolah, pantas untuk mengirim mereka ke kamar mereka untuk menenangkan diri sambil tidak terlalu memperhatikan perilakunya.

Daripada menetapkan batas waktu tertentu, beri tahu anak untuk tetap berada di kamar sampai dia mendapatkan kembali kendali. Ini memberdayakan - anak-anak dapat memengaruhi hasil dengan tindakan mereka sendiri, dan dengan demikian mendapatkan rasa kendali yang hilang selama amukan. Tetapi jika waktu istirahat itu untuk mengamuk ditambah perilaku negatif (seperti memukul), tetapkan batas waktu.

Jangan menghargai tantrum pada anak dengan mengalah. Ini hanya akan membuktikan kepada Si Kecil bahwa tantrum itu efektif.

Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua setelah Tantrum pada Anak Selesai

Puji anak karena mendapatkan kembali kendali, misalnya, "Ibu suka cara kamu menenangkan diri."

Anak-anak mungkin sangat rentan setelah mengamuk ketika mereka tahu bahwa mereka kurang menggemaskan. Sekarang (ketika anak tenang) adalah waktu untuk pelukan dan kepastian bahwa anak dicintai, apa pun yang terjadi.

Pastikan anak cukup tidur. Dengan terlalu sedikit tidur, anak-anak bisa menjadi hiper, tidak menyenangkan, dan berperilaku ekstrem. Tidur yang cukup dapat mengurangi amukan secara dramatis.

Cari tahu berapa lama waktu tidur yang dibutuhkan pada usia anak. Sebagian besar kebutuhan tidur anak berada dalam rentang jam tertentu berdasarkan usia mereka, tetapi setiap anak memiliki kebutuhan tidurnya sendiri.

Kapan Tantrum pada Anak Perlu Dikhawatirkan?

Dikutip dari Nct.org.uk, jika Moms sangat mengkhawatirkan perilaku tantrum pada anak, bicarakan dengan praktisi kesehatan atau dokter. Bicarakan juga dengan dokter jika:

  • Anda sering merasa marah dan lepas kendali saat menghadapi tantrum.
  • Anda terus menyerah.
  • Amukan memengaruhi hubungan antara Anda dan anak Anda.
  • Amukan lebih sering terjadi, lebih buruk dan berlangsung lebih lama.
  • Anak Anda melukai dirinya sendiri atau orang lain.
  • Anak Anda selalu menentang Anda, sering bertengkar, dan hampir tidak pernah bekerja sama dengan Anda.

Jadi Moms jangan khawatir jika terjadi tantrum pada anak, karena hal ini merupakan masalah yang wajar. Seiring anak beranjak semakin dewasa, hal ini akan perlahan berkurang, namun tidak hilang. Karena temper tantrum bahkan bisa terjadi pada orang dewasa.

 sumber : https://www.orami.co.id/magazine/tantrum-pada-anak 

Mengenal Autisme

 

Tanya:
Beberapa teman saya memiliki anak penyandang  autisme. Sebenarnya, apa itu autisme?

Jawab:
Autisme adalah gangguan perkembangan yang bisa diamati pada batita. Biasanya, anak mengalami gangguan dalam interaksinya dengan orang lain. Ada kesulitan dalam berkomunikasi, pola bermain, dan pola emosi yang berbeda pula. Autisme termasuk gangguan PDD (Pervasive Developmental Disorder).

Yang pasti, autisme bukanlah suatu penyakit, namun hingga kini belum bisa ‘disembuhkan’. Anak akan tumbuh dewasa dengan beberapa ciri autisme yang terus dialaminya. Walau begitu, dengan bantuan terapi sesuai kebutuhannya, ia lebih bisa beradaptasi dengan lingkungannya.

Untuk mengenali apakah anak penyandang autisme atau tidak, ada ciri-cirinya, kok. Misalnya, bayi usia 6 - 12 bulan perlu dicermati bagaimana dia berinteraksi. Jika ada ciri-ciri berikut ini, sebaiknya berkonsultasi pada ahlinya, yakni tidak merespon senyuman mama, tidak bereaksi ketika namanya dipanggil, sangat sulit dialihkan jika sudah mengagumi benda tertentu, ekspresi muka kurang hidup, serta sangat mudah marah.

Pada anak yang lebih besar, coba konsultasi kepada ahli jika menemukan banyak tanda berikut ini:  Gerakan tubuh sama dan berulang-ulang seperti tak ada bosannya (terkadang gerakannya tampak aneh!), ada keterlambatan bicara (misalnya, di usia 18 bulan belum mengucapkan 1 kata pun), mengatakan hal yang sama berulang-ulang (walau sangat tidak relevan dengan apa yang sedang terjadi), sangat sensitif, mudah terganggu oleh bunyi-bunyian tertentu atau sentuhan, atau justru sangat tidak sensitif (misalnya, kepala terbentur keras, tapi seperti tak mengalami kesakitan), maunya main dengan benda itu-itu saja, minimnya kontak mata, serta  tidak tertarik dengan orang lain.

Autisme terjadi akibat genetik atau teratogen (hal-hal yang menyebabkan kecacatan janin, seperti rokok, alkohol, atau obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil tanpa konsultasi pada dokter), atau karena stres kehamilan yang berat. Namun, semua penyebab ini masih terus diteliti kebenarannya.  

Bagaimana orang tua menangani anak? Sebaiknya, selalu cermati perkembangan si kecil. Bila ada perbedaan dengan anak lain, cek dulu tahap perkembangan yang seharusnya dialaminya. Jika sangat berbeda, konsultasikan segera pada ahlinya. Kalau sudah didiagnosis mengalami autis, orang tua harus berbagi tugas sehingga tak terlalu lelah menangani anak. Bila mungkin, cari juga bantuan lain. Misalnya, asisten rumah tangga atau keluarga.  

Perlukah dibawa ke psikolog? Pemeriksaan pertama bisa dilakukan di Klinik Tumbuh Kembang (biasanya, ada di rumah sakit yang cukup besar). Di sini, anak bisa diperiksa oleh beberapa ahli untuk mendiagnosis apakah keterlambatan yang dialami termasuk dalam autisme, golongan PDD lain, gangguan perkembangan lain, atau hanya kurang stimulasi. Setelahnya, akan diberikan saran untuk pengembangan anak.

Jika ia penyandang autisme, membutuhkan banyak ahli untuk membantunya berkembang lebih adaptif, seperti psikolog anak, psikiater anak, dokter saraf, dokter ahli pencernaan, dan berbagai ahli terapi.

Konsultan: Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi
Psikolog Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok

JENIS-JENIS SEKOLAH LUAR BIASA

 


SLB diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa membantu mendapatkan akses pendidikan. Dengan jenis yang berbeda, berbeda pula strategi pembelajaran serta fasilitas yang dimiliki.

Seperti dirangkum oleh Okezone, berikut ini jenis-jenis SLB yang perlu kamu ketahui.

SLB A

Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape recorder.

SLB B

Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung dengan cued speech yaitu geraka tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir. Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu conchlear implant.

SLB C

SLB C ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan.

SLB D

Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.

SLB E

Sekolah ini diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi sosialisasi.

SLB G

SLB G diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa meningkatkan rasa mandiri anak tersebut.

Sabtu, 04 Januari 2020

JAMBAN SEHAT

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air untuk membersihkannya.
Cara Memilih Jenis Jamban :
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. Setiap aggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang airbesar/buang air kecil.
Tujuan Menggunakan Jamban :
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracuanan.
Syarat - Syarat Jamban Sehat : 
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter
2. Tidak berbau
3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4. Tidak mencemari tanah di sekitamya
5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
7. Penerangan dan ventilasi cukup
8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Cara Memelihara Jamban Sehat :
Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genanganair
Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikur yang berkeliaran
Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit.
Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.

Sejarah HIV dan AIDS


Sejarah 1983
Dr. Zubairi Djoerban melaksanakan penelitian terhadap 30 waria di Jakarta. Karena rendahnya tingkat limfosit dan gejala klinis, Dr. Zubairi menyatakan dua di antaranya kemungkinan AIDS.
Pada November, Menteri Kesehatan RI, Dr. Soewandjono Soerjaningrat menyatakan pencegahan AIDS terbaik adalah tidak ikut-ikutan jadi homoseks ... dan mencegah turis-turis asing membawa masuk penyakit itu.

Sejarah 1984
Di Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) VI, pada Juli, dilaporkan bahwa dari 15 orang diperiksa, tiga memenuhi kriteria minimal untuk diagnosis AIDS.
Pada November, Kepala Divisi Transfusi Darah PMI, Dr. Masri Rustam menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir AIDS menyerang penerima transfusi darah di sini. Walau skrining membutuhkan biaya besar, pencegahan ... dilakukan dengan melarang kaum homoseksual atau waria menjadi donor darah.

Sejarah 1985
Pada 1 Agustus, Dr. Zubairi menyatakan bila penyakit AIDS sampai menyerang masyarakat akan sulit dicegah. Pada hari berikut, Menkes membenarkan adanya kemungkinan AIDS sudah masuk ke Indonesia.
Dr. Arjatmo Tjokrnegoro PhD, ahli imunologi di FK-UI, menduga mungkin orang Indonesia kebal terhadap AIDS karena aspek rasial.
Pada 8 Agustus, RSCM dan FK-UI membentuk satuan tugas untuk mengkaji masalah AIDS.
Pada 2 September, Menkes menyatakan sudah ada lima kasus AIDS ditemukan di Bali. Namun Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2MPLP) Depkes, Dr. M. Adhyatama mengaku dia tidak tahu-menahu mengenai kasus tersebut.
Seorang perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia dinyatakan terinfeksi HIV pada September di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ).
Pada 11 November, Menkes mengatakan bahwa belum pernah ditemukan orang yang betul-betul terkena penyakit AIDS. Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes komentar “Kalau kita taqwa pada Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS.”

Sejarah 1986
Perempuan berusia 25 tahun yang didiagnosis HIV pada September 1985 meninggal dunia di RSIJ, tes darahnya memastikan bahwa dia terinfeksi HTLV-III, dan dengan gejala klinis yang menunjukkan AIDS. Kasus ini tidak dilaporkan oleh Depkes.
Pada Januari, tes HIV dapat dilakukan di RSCM dengan biaya Rp 62.500. Hasil positif akan dikirim ke AS untuk penelitian lebih lanjut.
Juga pada Januari, FKUI RSCM melakukan penelitian terhadap pasien hemofilia yang menerima produk darah (faktor VIII). Ternyata ditemukan satu di antaranya yang dipastikan terinfeksi HIV. Dan pasien tersebut masih diketahui hidup sehat tanpa terapi antiretroviral (ART) pada Juli 1998 – lebih dari 12 tahun setelah didiagnosis.




Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/

Pada Maret, satuan tugas RSCM dan FK-UI yang dibentuk pada 1985 untuk mengkaji masalah AIDS diresmikan sebagai Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS.

Sejarah 1987
Seorang wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Bali. Kematian pria berusia 44 tahun itu diakui Depkes disebabkan AIDS. Indonesia masuk dalam daftar WHO sebagai negara ke-13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS.
Pada Oktober, dilakukan Kongres tentang Penyakit Akibat Hubungan Kelamin di Bali sekaligus Konferensi International Union Against Venerial Diseases and Treponematoses untuk kawasan Asia dan Pasifik. Menkes Dr. Soewandjono Soerjaningrat dalam sambutan mengatakan bahwa penyakit yang sebelumnya dikaitkan dengan hubungan seksual yang menyimpang dari tuntutan agama, ternyata dapat menular melalui darah.

Sejarah 1988
Pada 1988, Depkes hanya melaporkan tambahan satu kasus infeksi HIV di Indonesia.

Sejarah 1989
Tema Hari AIDS Sedunia 1989 adalah “Kaum Muda (Youth).”
Pada 1989, Depkes tidak melaporkan satu pun kasus infeksi HIV tambahan di Indonesia. Namun satu kasus HIV dilaporkan berlanjut menjadi AIDS.
 Sejarah 1990
Tema Hari AIDS Sedunia 1990 adalah “Wanita dan AIDS (Women and AIDS).”
Pada 1990, Depkes melaporkan tambahan dua kasus AIDS, sehingga jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia menjadi sembilan.
 Sejarah 1991
International AIDS Candlelight Memorial pertama diselenggarakan di Indonesia. Peristiwa ini, dikenal sebagai Malam Tirakatan Mengenang Korban-Korban AIDS, diselenggarakan di Surabaya oleh Kelompok Kerja Lesbian & Gay Nusantara (sekarang Gaya Nusantara), dengan bantuan dari Persatuan Waria Kotamadya Surabaya (Perwakos).
Pada 29-30 Juli, dilakukan Semiloka Nasional AIDS di Denpasar, Bali, untuk membahas Pengembangan Strategi Penanggulangan AIDS di Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 1991 adalah “Bersama Kita Hadapi Tantangan (Sharing the Challenge).”
Pada 1991, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 18, dengan 12 sudah AIDS.
 Sejarah 1992
Tema Hari AIDS Sedunia 1992 adalah “Komitmen Komunitas (Community Commitment).”
Pada 1992, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 28, dengan 10 sudah AIDS.
 Sejarah 1993
Tema Hari AIDS Sedunia 1993 adalah “Waktunya Untuk Bertindak! (Time to Act)”. Di Indonesia, dilaporkan 137 kasus infeksi HIV plus 51 orang dengan AIDS.
 Sejarah 1994
LP3Y bekerja sama dengan Lentera-PKBI DIY dan The Ford Foundation, melakukan Work Shop Penulisan AIDS bagi Wartawan. Sebagai hasil dari kegiatan itu, diterbitkan dua buku kecil, “10 Pakar Bicara AIDS” dan “11 Langkah Memahami AIDS.”
Pada 30 Mei, Presiden RI, Suharto, menandatangani Keputusan Presiden Nomor 36/2004 tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Berdasarkan Kepres 36 ini, Menkokesra Ir Azwar Anas mengeluarkan Keputusan tentang Susunan, Tugas dan Fungsi Keanggotaan KPA pada 15 Juni, serta Keputusan tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di Indonesia pada 16 Juni. Ketua KPA adalah Menkokesra sendiri, dan sekretaris KPA pertama adalah Dr. Suyono Yayha, MPH.
Pada Agustus, sebuah pokja KPA memperkirakan bahwa jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia pada 2005 akan menjadi antara 600.000 (penularan rendah, intervensi yang efektif) dan 1.990.000 (penularan tinggi, tanpa intervensi).
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 275 infeksi HIV, dengan 67 di antaranya AIDS. 100 di antaranya adalah WNA. 203 adalah laki-laki, 68 perempuan, 4 tidak diketahui. Jalur penularan: 69 homoseks, 160 heteroseks, 2 IDU, 2 transfusi darah, 2 hemofilia dan 40 tidak diketahui.
  Tema Hari AIDS Sedunia 1994 adalah “AIDS & Keluarga (AIDS and the Family).”

Sejarah 1995
Edisi perdana majalah Support diterbitkan oleh Yayasan Pelita Ilmu pada Januari. Hingga Mei, 49 orang tercatat meninggal karena AIDS di Indonesia.
Pusat Media Pelatihan AIDS untuk Wartawan (PMP AIDS) didirikan pada awal tahun oleh LP3Y di Yogyakarta. Newsletter PMP AIDS edisi perdana diterbitkan pada Mei.
Yayasan Pelita Ilmu (YPI) membuka Sanggar Kerja, yaitu tempat persinggahan (shelter) untuk Odha, di Kebon Baru, Jakarta, dengan dukungan oleh Ford Foundation. Program Buddies (pendamping Odha) juga dimulai.
Pada Agustus, RS Medistra Jakarta melarang Dr. Samsuridjal Djauzi untuk merawat pasien apa pun, karena beliau bersedia merawat pasien AIDS di RS tersebut.
Dikutip oleh harian Kompas pada Mei, Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN menyinyalir bahwa “virus AIDS sudah dimanfaatkan sebagai alat tindak kejahatan...”
Spiritia didirikan oleh Suzana Murni sebagai organisasi yang mandiri pada November.
Tema Hari AIDS Sedunia 1995 adalah “Hak dan Tanggung Jawab Bersama (Shared Rights, Shared Responsibilities).” Kegiatan dikoordinasi oleh BKKBN.
Headline pada Suplemen Khusus Harian Surya yang menyambut Hari AIDS Sedunia berbunyi “Tunggu! AIDS mungkin akan mewabah di Indonesia.”
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 364 infeksi HIV, dengan 87 di antaranya AIDS.
 Sejarah 1996

International AIDS Candlelight Memorial diselenggarakan di 31 kota di Indonesia sebagai Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN), dengan tema “Bersama Membangun Harapan,” dikoordinasikan oleh Grup Koordinasi Nasional Mobilisasi AIDS Nusantara (GKNMAN). Menurut harian Kompas, “diiringi lagu ‘Lilin-lilin Kecil’ yang dinyanyikan sendiri oleh penciptanya, James F Sundah, sekitar seribu lilin di tangan para hadirin menyala menerangi Plaza Taman Ismail Marzuki, Jakarta.”
Pertemuan Nasional Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV/AIDS (Pertemuan Nasional HIV/AIDS I) dilakukan pada Juli di Wisma Kalimanis, Jakarta.
Pada pertemuan itu, diputuskan untuk mendirikan tiga organisasi baru: Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI); Forum Komunikasi LSM/Organisasi Peduli AIDS (FKLOPA); dan Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI).
Milis AIDS-INA, milis pertama untuk membahas masalah HIV dan AIDS di Indonesia, diluncurkan oleh Dr. Pandu Riono.

Logo asli MRAN. Foto tangan Suzana dan ayahnya

Tema Hari AIDS Sedunia 1996 adalah “Satu Dunia Satu Harapan (One World One Hope)”.
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 501 infeksi HIV, dengan 119 di antaranya AIDS.

Sejarah 1997
Pada Mei, Ditjen POM mengeluarkan surat resmi kepada Ditjen Bea Cukai yang menerangkan bahwa bila Bea Cukai mendapat kiriman ARV dari luar negeri yang ditujukan pada Pokdisus AIDS, obat tersebut dapat dikeluarkan tanpa harus diuji coba Ditjen POM.
Pada Juni, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC, saquinavir dan ritonavir. Namun harganya tidak terjangkau untuk mayoritas Odha.
Surveilans yang dilakukan terhadap waria di Jakarta menunjukkan prevalensi HIV 6%, naik dari 0,3% pada 1995.
Tema Hari AIDS Sedunia 1997 adalah “Anak-anak yang Hidup di Dunia dengan AIDS (Children Living in a World with AIDS)”
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 619 infeksi HIV, dengan 153 di antaranya AIDS.

Sejarah 1998
Didi Mirhad, bintang iklan Indonesia, mengungkapkan status dirinya HIV-positif pada media massa.
Pertemuan Odha pertama dilakukan oleh Spiritia di Ubud, Bali, dengan menghadirkan 16 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia.
Pada Oktober, RCTI mulai menayangkan sinetron Kupu-Kupu Ungu, disutradarai oleh Nano Riantiarno, dengan bintang Nurul Arifin dan Sandi Nayoan. Sinetron sepanjang 13 episode tersebut menggambarkan beragam masalah medis, sosial, psikologis dan mitos seputar HIV dan AIDS.
Tema Hari AIDS Sedunia ditentukan sebagai “Kaum Muda: Semangat Perubahan”. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Agama.
Menjelang Hari AIDS, KPA meluncurkan Kampanye Nasional AIDS, ditandai oleh lambang baru, yaitu pita merah-putih.

Sejarah 1999
Didi Mirhad, bintang iklan Indonesia, meninggal dunia karena AIDS pada 25 Agustus.
Semiloka Nasional Penggunaan dan Penyalahgunaan NAZA dilakukan selama empat hari di September oleh sekelompok aktivis HIV dan narkoba, dengan melibatkan beberapa pembicara dari Australia dan Malaysia. Pertemuan ini adalah pertama kali konsep Harm Reduction dibahas oleh para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan di Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 1999, ‘Dengar, Simak, Tegar! (Listen, Learn, Live!)’ tetap ditujukan pada orang berusia di bawah 25 tahun. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Pendidikan.
Pada akhir tahun, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC, d4T, saquinavir, ritonavir dan indinavir.

Sejarah 2000
Pertemuan Nasional HIV/AIDS II dilakukan pada April di Jakarta.
Surveilans di antara 67 pengguna narkoba suntikan yang ditahan di Lapas Kerobokan di Bali pada akhir tahun menemukan 35 (56%) terinfeksi HIV.
Pada November, sebuah pertemuan yang dilakukan oleh Lentera-Sahaja PKBI DIY di Kaliurang, DIY yang melibatkan beberapa relawan dari kelompok marjinal dibongkar secara ‘brutal dan keji oleh kelompok orang yang bertopeng dan bersembunyi dibalik jubah “agama” ataupun “parpol” tertentu.’
Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘AIDS – Pria Berpengaruh (AIDS – Men Make a Difference)’. Kegiatan dikoordinasi oleh BKKBN.

Sejarah 2001
Dua belas penghuni sebuah pusat pemulihan narkoba di Bali dites HIV. Delapan di antaranya ditemukan terinfeksi.
Dengan dukungan dari Ketua Badan POM, berapa jenis ARV generik dari India mulai tersedia di Indonesia, termasuk AZT, 3TC, gabungan AZT+3TC, d4T dan nevirapine. Dengan obat ini, terapi antiretroviral (ART) yang baku mulai tersedia di Indonesia, walau harga masih mahal (lebih dari Rp 1 juta per bulan).
Pertemuan Nasional Odha ke-2 dilakukan oleh Spiritia di Kuta, Bali pada September, dihadiri oleh 36 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkan “Asas-Asas Penanggulangan

HIV/AIDS” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Walau dalam keadaan sakit dan harus memakai kursi roda, Suzana Murni, pendiri Spiritia berpidato pada pembukaan Konferensi Internasional AIDS di Asia Pasifik (ICAAP) ke-6 di Melbourne, pada Oktober, dengan judul ‘Memecah Penghalang’.
Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘Kami peduli. Anda bagaimana? (I care. Do you?)’. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Kesehatan.
Pada 31 Desember, Drs. M. Jusuf Kalla sebagai Menkokesra menandatangani Keputusan tentang Sekretariat KPA, yang menetapkan

Suzana Murni pada ICAAP ke-6

Sejarah 2002
Dr. Farid Husein sebagai Sekretaris KPA.
Sidang Kabinet Sesi Khusus HIV/AIDS dilakukan pada 28 Maret.
Pada 1 April, disusun Komite Pengarah untuk Strategi Nasional Penanggulangan AIDS, untuk mengembangkan rancangan Stranas baru.
Permohonan Indonesia untuk dana dari Global Fund Ronde 1 disetujui, dengan dana hampir 16 juta dolar untuk HIV. Fase 1 program, dengan dana hampir 7 juta dolar, mulai diterapkan pada Juli 2003.
Suzana Murni, pendiri Spiritia, meninggal dunia pas sebelum pembukaan Konferensi AIDS Sedunia ke- 14 di Barcelona, Spanyol pada Juli. Konferensi ini didominasi oleh masalah terkait pengobatan untuk HIV di negara terbatas sumber daya. Penghargaan yang diberikan pada Spiritia oleh Family Health International (FHI) diterima oleh Siradj Okta, adik Suzana.
Indonesia menunjukkan betapa mendadak epidemi HIV dapat muncul. Setelah lebih dari sepuluh tahun prevalensi HIV yang rendah, angka meloncat di antara pengguna narkoba suntikan dan pekerja seks, dengan sampai 40% orang di tempat pemulihan narkoba di Jakarta diketahui HIV-positif.
Pada Oktober dibentuk Gerakan Nasional Meningkatkan Akses Terapi HIV/AIDS (GN-MATHA), diketuai oleh Dr. Samsuridjal Djauzi, dengan tujuan agar 10.000 Odha di Indonesia mendapatkan ART pada 2005.
Sebuah International Roundtable: Increasing Access to HIV Treatment in Resource Poor Settings dilakukan di Canberra, Australia pada September. Di antara 85 peserta, dari 18 negara, ada lima dari Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 2002 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘Tetap Hidup dengan Tegar’. Tema internasional adalah ‘Live and Let Live’.
Dirjen Farmasi Depkes memasukkan AZT, 3TC dan nevirapine dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk semua rumah sakit tipe A dan tipe B se-Indonesia.

Sejarah 2003
Pertemuan Nasional Odha ke-3 dilakukan oleh Spiritia di Cikopo, Puncak pada Februari, dihadiri oleh 50 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkannya “Pernyataan Cikopo” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
“Tegak Tegar – Hidup Positif Bersama HIV”, Pameran Foto Karya Rio Helmi, yang didedikasikan untuk Almarhumah Suzana Murni, diluncurkan di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta pada Februari. Foto dalam pameran menunjukkan beberapa Odha di Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
Pada Maret, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa pemerintah akan memberi subsidi ARV generik sebesar Rp 200.000 per bulan untuk setiap Odha yang membutuhkannya. Beberapa provinsi memutuskan untuk menyediakan ARV secara gratis untuk sejumlah Odha di provinsinya.
Pada Juli, penyediaan ART untuk 100 Odha di Indonesia yang didanai oleh Global Fund mulai direncanakan.
Program Global Fund Ronde I Fase 1 untuk HIV dimulai di Indonesia pada Juli. Program ini diutamakan untuk memberi ARV pada 100 Odha di lima provinsi.
Pada Agustus 2003, Kimia Farma meluncurkan produk ARV-nya. Pada awal disediakan AZT (Reviral), 3TC (Hiviral), gabungan AZT+3TC (Duviral), serta nevirapine (Neviral). Namun rencana awal untuk membuat gabungan AZT+3TC+nevirapine dengan nama Triviral tidak berhasil. Harga untuk Duviral dan Neviral ditetapkan sebagai Rp 345.000.
Jogjakarta Round Table Meeting, yang dihadiri oleh peserta dari 16 negara dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan akses ART, diselenggarakan pada September. Pertemuan ini adalah lanjutan dari pertemuan serupa yang dilakukan di Canberra pada 2002.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2003-2007.
Menyambut Hari AIDS Sedunia, Presiden Republik Indonesia Megawati bertemu dengan beberapa Odha di istana negara.
Tema Hari AIDS Sedunia 2003 ditetapkan oleh Departemen Sosial sebagai ‘Stigma dan Diskriminasi’. Pada akhir 2003, diperkirakan 1.100 Odha memakai ART di Indonesia.

Sejarah 2004
Pada 19 Januari, wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan terhadap HIV (Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Riau), pada pertemuan di Papua dengan Ketua KPA Jusuf Kalla dan wakil dari enam departemen serta Ketua Komisi VII DPR-RI, Dr. Sanusi Tambunan, menyatakan Komitmen Sentani. Di antara tujuh pasal dalam komitmen tersebut, para peserta berjanji akan “Mengupayakan pengobatan HIV/AIDS termasuk penggunaan ARV kepada minimum 5.000 Odha pada tahun 2004.”
Pertemuan Nasional Odha ke-4 dilakukan oleh Spiritia di Tretes, Jawa Timur pada Februari, dihadiri oleh 60 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkannya “Pernyataan Tretes” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Departemen Kesehatan menetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi sebagai Rumah Sakit Rujukan AIDS, tahap pertama. Sedikitnya dua dokter, satu perawat dan satu konselor dari masing-masing rumah sakit diberi pelatihan khusus.
Spiritia meluncurkan prakarsa pencegahan untuk Odha yang disebut “HIV Stop di Sini”, yang dimaksudkan membantu memutuskan rantai penularan.
Yayasan Spiritia melakukan pelatihan Pendidik Pengobatan pertama di Jakarta, dengan melibatkan 45 peserta dari kelompok dukungan sebaya dan komunitas di seluruh Indonesia.
Setelah upaya advokasi yang melibatkan kelompok dukungan sebaya dari seluruh Indonesia, Depkes mengubah kebijakan untuk menyediakan ART dengan subsidi penuh pada 4.000 Odha.
Dilakukan Pertemuan Nasional KDS ke-2 di Sanur Bali pada November, dihadiri oleh wakil dari 33 kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk Odha/Ohidha dari 24 kota dan 20 provinsi. Peserta menyetujui dikeluarkan “Pernyataan Bali” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Tema Hari AIDS Sedunia 2004 ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai ‘Perempuan, Remaja Putri, HIV dan AIDS’, dengan slogan “Sudahkah Kau Dengar Aku Hari Ini?” Tema internasional adalah ‘Women, Girls, HIV and AIDS’, dengan slogan “Have You Heard Me Today?”.

Sejarah 2005
Setelah mengevaluasi kinerja penerapan Fase 1 programnya Ronde I di Indonesia, Global Fund memutuskan untuk memotong dana untuk Fase 2 (Juli 2005-Juni 2007) dari 9 juta dolar AS menjadi
900.000 dolar.
Terkait dengan kunjungan Kofi Annan, Sekretaris-Jenderal PBB ke Indonesia, untuk Konferensi Asia- Afrika, istrinya, Ibu Nane Annan mengunjungi Spiritia. Di kantor Spiritia, Ibu Nane berbincang dengan kurang lebih 20 Odha dari berbagai latar belakang.
Pada Mei, Agustina Saweri, meninggal dunia di Jayapura. Odha berusia 26 tahun itu memperoleh embel- embel ‘Buah Merah’ di namanya setelah ia diboyong ke Jakarta pada Oktober 2004 untuk memberi kesaksian tentang khasiat buah tersebut sebagai alternatif pengobatan AIDS. Agustina didesak untuk berhenti penggunaan ART-nya, karena tidak dibutuhkan lagi setelah memakai Buah Merah.
International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-7 dilakukan di Kobe, Jepang pada Juli, dengan tema ‘Bridging Science and Community (Menjembatani Ilmiah dan Komunitas).’
Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha pertama di Lembang, Jawa Barat, pada September, dihadiri oleh 120 peserta Odha dan Ohidha. Peserta mengeluarkan “Pernyataan Lembang” seusai pertemuan.
Tema Hari AIDS Sedunia 2005 ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai ‘Kepemimpinan dan Penanggulangan HIV/AIDS’. Tema internasional adalah ‘Stop AIDS. Keep the Promise’.
KPA Nasional mengeluarkan rencana program akselerasi di 100 Kabupaten/Kota tahun 2005. Rencana ini dicanangkan pada Hari AIDS Sedunia oleh Bapak Wakil Presiden.

Sejarah 2006
Pada Januari, laboratorium resistansi genotipe HIV mulai diuji coba di Departemen Mikrobiologi FKUI. Lab ini disediakan untuk melakukan surveilans resistansi untuk Depkes.
Pada Mei, dilakukan International AIDS Candlelight Memorial (Malam Renungan AIDS) dengan tema internasional “Lighting the Path to a Brighter Future”. Antara lain, kegiatan diadakan di Tangerang, Lombok, Kediri, Malang dan Jogja.
Juga pada Mei, diluncurkan buku ‘Dua Sisi dari Satu Sosok’, kumpulan tulisan Suzana Murni. Buku ini, yang disusun oleh Putu Oka Sukanta, mengandung 43 artikel dan puisi karya Suzana, sebagian diterjemahkan dari tulisan asli dalam bahasa Inggris.
Peraturan Presiden (PP) RI Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ditandatangani oleh Bapak Presiden pada 13 Juli 2006. Antara yang lain, PP ini menetapkan Dr. Nafsiah Ben Mboi sebagai Sekretaris.
Situs web Spiritia bangkit kembali pada Juni. di antara fitur yang pada awal tersedia adalah akses pada berbagai dokumen Spiritia (termasuk semua Lembaran Informasi), statistik Depkes dari 1995, dan informasi mengenai kelompok dukungan sebaya dalam jaringan se-Indonesia.
Pada Agustus diluncurkan situs web www.aids-ina.org yang merupakan langkah awal dari beberapa aktivis dan pemerhati untuk melengkapi forum milis aids-ina. Diharapkan situs web ini bisa menjadi pusat informasi terhadap isu HIV-AIDS di Indonesia.
Juga pada Agustus, diumumkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Tanah Papua diperkirakan telah memasuki kelompok masyarakat umum (generalized epidemic).
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional pada acara penyerahan AIDS Award 2006 di Hotel Nikko di September. AIDS Award event di anugerahkan kepada 19 perusahaan yang telah menunjukkan prestasi dalam melaksanakan program penanggulangan AIDS di tempat kerja. AIDS Award Event 2006 diselenggarakan oleh KPA Nasional.
Ada pertemuan antara Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dengan sekretaris KPA Nasional
Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH di Markas Besar TNI Cilangkap pada Oktober. Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengatakan bahwa upaya pencegahan penularan HIV di lingkungan TNI sangat penting untuk segera ditingkatkan pelaksanaannya di semua jajaran TNI termasuk di komando utama (KOTAMA).
Tema Hari AIDS Sedunia 2006 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai ‘STOP AIDS – Tepati Janji’, dengan fokus pada akuntabilitas. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’, sama seperti tahun sebelumnya.

Sejarah 2007
Buku Suzana Murni, ‘Lilin Membakar Dirinya’, biografi Suzana oleh Putu Oka Sukanta, diluncurkan pada Januari.
Pada Februari, PB IDI (Bidang Penyakit Menular) bersama ASHM (Australasian Society HIV Medicine) mengadakan Kursus Nasional tentang Koinfeksi HIV-Hepatitis Virus selama dua hari yang merupakan kegiatan penting Pra-Pertemuan Nasional HIV/AIDS ke-3.
Pertemuan Nasional HIV & AIDS ke-3 dilakukan di Surabaya pada Februari dengan tema “Menyatukan Langkah untuk Memperluas Respons”. Antara lain, Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007-2010 diluncurkan di pertemuan ini.
Bantuan Dana Global Fund untuk penanggulangan AIDS, TB, dan Malaria untuk Indonesia dihentikan sementara mulai pertengahan bulan Maret. Alasan utama penghentian aliran dana untuk tiga penyakit menular tersebut karena ditemukan “mismanagement” dalam pengelolaan dana tersebut.
Pada Juli, diketahui bahwa Komisi E DPR Provinsi Papua, dalam Rancangan Perdasi (Peraturan Daerah Provinsi) terkait penanggulangan HIV dan AIDS di Papua mengusulkan pemasangan microchip dan anjuran pemeriksaan wajib HIV bagi setiap warga Papua, didorong oleh anggota Dr. John Manangsang.
Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha dan Ohidha ke-II Peningkatan Pemberdayaan dan Keterampilan dalam Menghadapi HIV dan AIDS di Lido 29 Juli-1 Agustus 2007 dengan tema ”Peduli AIDS – Jangan Hanya Slogan”.
Pada Agustus, di International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-8 di Colombo, Sri Lanka,
diumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk ICAAP ke-9 di Bali pada 2009.
Dana Global Fund, yang dibekukan pada Maret 2007, dicairkan lagi pada Oktober.
Tema Hari AIDS Sedunia 2007 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘STOP AIDS – Tepati Janji’, dengan fokus pada kepemimpinan. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS.
Keep the Promise’, sama seperti dua tahun sebelumnya. Di antara kegiatan terkait
dengan Hari AIDS, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan
pertemuan di Istana Negara. Puncak acara adalah dialog langsung Presiden SBY dengan Odha dan keluarganya. Dalam dialog yang dipandu langsung oleh Aburizal Bakrie selaku ketua KPA Nasional ini, Presiden berkesempatan mendengarkan langsung hal yang dialami oleh Odha. Tanggapan dan jawaban yang diberikan oleh Presiden dalam dialog tersebut secara nyata dirasakan langsung oleh peserta dialog. seperti yang disampaikan oleh Luh Putu Ikha, perwakilan dari Bali, bahwa peran Odha dalam penanggulangan HIV/AIDS di tanah air perlu didukung oleh pemerintah.
Pekan Kondom Nasional (PKN) Pertama dilaksanakan 1-8 Desember 2007 dengan kegiatan yang mencakup pembagian materi edukasi ke berbagai pelosok daerah di Indonesia, pelatihan, talkshow, konser musik, dan lomba karya tulis dan fotografi bagi wartawan dan blogger. Akibat PKN ini, KPA Nasional didemo dua kali, dengan tuduhan “merusak moral bangsa”, dan mereka sama sekali tidak mau dengar penjelasan dari Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional.
Pada akhir 2007, dilaporkan 11.570 Odha pernah mulai ART, dengan 6.653 (58%) masih memakainya.

Sejarah 2008
Komunitas TNI mengumumkan pada Januari bahwa akan melaksanakan proyek percontohan untuk pelayanan terpadu HIV-AIDS di Jatim khususnya bagi masyarakat TNI.
Penasihat Khusus Sekjen PBB dan utusan khusus untuk HIV dan AIDS di Asia Pasifik, Nafis Sadik, yang menunjungi Indonesia pada Februari, mengujar bahwa, “Targetnya MDG 2015 tidak akan tercapai, jika keadaan AIDS tidak dapat ditanggulangi secara baik.” Menurutnya, penyebaran epidemi HIV di Indonesia telah mengalami peningkatan. Pertambahan itu menurutnya banyak disebabkan oleh penularan infeksi melalui transmisi seksual.
Pertemuan Nasional Harm Reduction dilakukan di Makassar pada Juni. Pada pertemuan tersebut, Asisten Deputi Sekretaris KPA Nasional Inang Winarso mengatakan, dari 3.000 pasien yang mengikuti program Metadon di seluruh Indonesia, 20% di antaranya telah terbebas sebagai pengguna dan pecandu narkoba. Juga pada pertemuan itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie juga mengampanyekan penggunaan kondom di kalangan pengguna Napza.
Dalam Kongres Anak Indonesia VII 2008, yang dilakukan pada Juli terkait dengan Hari Anak Indonesia (HAN) 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, peserta merumuskan “Suara Anak Indonesia.” Mereka bertekad meningkatkan pemahaman cara hidup sehat, hak kesehatan reproduksi, agar terhindari dari bahaya penyakit menular, HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkotika. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan jajaran menteri terkait menindaklanjuti hasil kongres tersebut.
Melalui Musyawarah Nasional Orang Terinfeksi HIV yang dilakukan secara terbatas dan dihadiri oleh 124 orang terinfeksi HIV berasal dari 27 provinsi pada Juli, telah membentuk sebuah organisasi yang bernama Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI). Dipilih Abdullah Denovan sebagai Koordinator Nasional dengan periode kerja dua tahun.
Sekretaris Nasional Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Nafsiah Mboi
memprediksi pada Juli bahwa jumlah kasus HIV dan AIDS pada 2020 akan melonjak menjadi 2 juta kasus. Sekitar 80% di antaranya menimpa kaum laki-laki.
Pada pertemuan di IDI di Oktober, diumumkan bahwa estimasi jumlah orang terinfeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 277.000.
Masyarakat Peduli AIDS Nasional (Mapan) – yang menggabungkan antara lain Jaringan orang terinfeksi HIV (JOTHI) Jakarta, Persatuan korban Napza dan LBH Kesehatan sebagai pendamping – pada November melakukan aksi di depan Kantor Perwakilan PBB di Menara Thamrin, Jakarta. Mereka menuntut Koordinator UNAIDS Indonesia Nancy Fee dipecat dan keluar dari Indonesia. Salah satu yang disuarakan mereka, selama ini UNAIDS tidak memberikan kontribusi nyata bagi penanggulangan AIDS di Indonesia.
Akhirnya, pada Desember, pasal di Raperdasi Provinsi Papua mengenai microchip dibatalkan, setelah banyak advokasi oleh orang di seluruh Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 2008 ditetapkan oleh ???? sebagai ‘Yang Muda Yang Membuat Perubahan’. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’ dengan fokus pada kepemimpinan, sama seperti dua tahun sebelumnya.
KPAN, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan DKT Indonesia menggelar Pekan Kondom Nasional (PKN) ke-2 yang diadakan pada minggu pertama Desember. Kegiatan ini diawali dengan Konferensi Kondom pada 1 Desember 2008 yang dibuka Menkokesra Aburizal Bakrie. Namun kegiatan ini dilawan dengan Kampanye Antikondomisasi, dengan konferensi pers berjudul “Stop Kondomisasi untuk Penyebaran HIV/AIDS” oleh LSM Merc.
Pada akhir 2008, dilaporkan 17.880 Odha pernah mulai ART, dengan 10.616 (59%) masih memakainya.
Edit terakhir: 5 Juni 2009