Sejarah 1983
Dr.
Zubairi Djoerban melaksanakan penelitian terhadap 30 waria di Jakarta. Karena
rendahnya tingkat limfosit dan gejala klinis, Dr. Zubairi menyatakan dua di
antaranya kemungkinan AIDS.
Pada
November, Menteri Kesehatan RI, Dr. Soewandjono Soerjaningrat menyatakan
pencegahan AIDS terbaik adalah tidak ikut-ikutan jadi homoseks ... dan mencegah
turis-turis asing membawa masuk penyakit itu.
Sejarah 1984
Di
Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) VI, pada Juli,
dilaporkan bahwa dari 15 orang diperiksa, tiga memenuhi kriteria minimal untuk
diagnosis AIDS.
Pada
November, Kepala Divisi Transfusi Darah PMI, Dr. Masri Rustam menyatakan bahwa
masyarakat tidak perlu khawatir AIDS menyerang penerima transfusi darah di
sini. Walau skrining membutuhkan biaya besar, pencegahan ... dilakukan dengan
melarang kaum homoseksual atau waria menjadi donor darah.
Sejarah
1985
Pada 1
Agustus, Dr. Zubairi menyatakan bila penyakit AIDS sampai menyerang masyarakat
akan sulit dicegah. Pada hari berikut, Menkes membenarkan adanya kemungkinan
AIDS sudah masuk ke Indonesia.
Dr.
Arjatmo Tjokrnegoro PhD, ahli imunologi di FK-UI, menduga mungkin orang
Indonesia kebal terhadap AIDS karena aspek rasial.
Pada 8
Agustus, RSCM dan FK-UI membentuk satuan tugas untuk mengkaji masalah AIDS.
Pada 2
September, Menkes menyatakan sudah ada lima kasus AIDS ditemukan di Bali. Namun
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman (P2MPLP) Depkes, Dr. M. Adhyatama mengaku dia tidak tahu-menahu
mengenai kasus tersebut.
Seorang
perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia dinyatakan terinfeksi HIV pada
September di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ).
Pada 11
November, Menkes mengatakan bahwa belum pernah ditemukan orang yang betul-betul
terkena penyakit AIDS. Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes komentar “Kalau
kita taqwa pada Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS.”
Sejarah 1986
Perempuan
berusia 25 tahun yang didiagnosis HIV pada September 1985 meninggal dunia di
RSIJ, tes darahnya memastikan bahwa dia terinfeksi HTLV-III, dan dengan gejala
klinis yang menunjukkan AIDS. Kasus ini tidak dilaporkan oleh Depkes.
Pada
Januari, tes HIV dapat dilakukan di RSCM dengan biaya Rp 62.500. Hasil positif
akan dikirim ke AS untuk penelitian lebih lanjut.
Juga pada
Januari, FKUI RSCM melakukan penelitian terhadap pasien hemofilia yang menerima
produk darah (faktor VIII). Ternyata ditemukan satu di antaranya yang dipastikan
terinfeksi HIV. Dan pasien tersebut masih diketahui hidup sehat tanpa terapi
antiretroviral (ART) pada Juli 1998 – lebih dari 12 tahun setelah didiagnosis.
|
|
|
|
Dokumen
ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Pada
Maret, satuan tugas RSCM dan FK-UI yang dibentuk pada 1985 untuk mengkaji
masalah AIDS diresmikan sebagai Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS.
Sejarah 1987
Seorang
wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Bali. Kematian pria berusia 44
tahun itu diakui Depkes disebabkan AIDS. Indonesia masuk dalam daftar WHO
sebagai negara ke-13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS.
Pada
Oktober, dilakukan Kongres tentang Penyakit Akibat Hubungan Kelamin di Bali
sekaligus Konferensi International Union Against Venerial Diseases and
Treponematoses untuk kawasan Asia dan Pasifik. Menkes Dr. Soewandjono
Soerjaningrat dalam sambutan mengatakan bahwa penyakit yang sebelumnya
dikaitkan dengan hubungan seksual yang menyimpang dari tuntutan agama, ternyata
dapat menular melalui darah.
Sejarah 1988
Pada
1988, Depkes hanya melaporkan tambahan satu kasus infeksi HIV di Indonesia.
Sejarah
1989
Tema Hari
AIDS Sedunia 1989 adalah “Kaum Muda (Youth).”
Pada
1989, Depkes tidak melaporkan satu pun kasus infeksi HIV tambahan di Indonesia.
Namun satu kasus HIV dilaporkan berlanjut menjadi AIDS.
Sejarah
1990
Tema Hari
AIDS Sedunia 1990 adalah “Wanita dan AIDS (Women and AIDS).”
Pada
1990, Depkes melaporkan tambahan dua kasus AIDS, sehingga jumlah kasus infeksi
HIV di Indonesia menjadi sembilan.
Sejarah
1991
International
AIDS Candlelight Memorial pertama diselenggarakan di Indonesia. Peristiwa ini,
dikenal sebagai Malam Tirakatan Mengenang Korban-Korban AIDS, diselenggarakan
di Surabaya oleh Kelompok Kerja Lesbian & Gay Nusantara (sekarang Gaya
Nusantara), dengan bantuan dari Persatuan Waria Kotamadya Surabaya (Perwakos).
Pada
29-30 Juli, dilakukan Semiloka Nasional AIDS di Denpasar, Bali, untuk membahas
Pengembangan Strategi Penanggulangan AIDS di Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 1991 adalah “Bersama Kita
Hadapi Tantangan (Sharing the Challenge).”
Pada
1991, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah
menjadi 18, dengan 12 sudah AIDS.
Sejarah 1992
Tema Hari AIDS Sedunia 1992 adalah “Komitmen Komunitas
(Community Commitment).”
Pada
1992, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah
menjadi 28, dengan 10 sudah AIDS.
Sejarah 1993
Tema Hari
AIDS Sedunia 1993 adalah “Waktunya Untuk Bertindak! (Time to Act)”. Di
Indonesia, dilaporkan 137 kasus infeksi HIV plus 51 orang dengan AIDS.
Sejarah 1994
LP3Y
bekerja sama dengan Lentera-PKBI DIY dan The Ford Foundation, melakukan Work
Shop Penulisan AIDS bagi Wartawan. Sebagai hasil dari kegiatan itu, diterbitkan
dua buku kecil, “10 Pakar Bicara AIDS” dan “11 Langkah Memahami AIDS.”
Pada 30
Mei, Presiden RI, Suharto, menandatangani Keputusan Presiden Nomor 36/2004
tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Berdasarkan Kepres 36 ini, Menkokesra
Ir Azwar Anas mengeluarkan Keputusan tentang Susunan, Tugas dan Fungsi
Keanggotaan KPA pada 15 Juni, serta Keputusan tentang Strategi Nasional
Penanggulangan AIDS di Indonesia pada 16 Juni. Ketua KPA adalah Menkokesra
sendiri, dan sekretaris KPA pertama adalah Dr. Suyono Yayha, MPH.
Pada
Agustus, sebuah pokja KPA memperkirakan bahwa jumlah kasus infeksi HIV di
Indonesia pada 2005 akan menjadi antara 600.000 (penularan rendah, intervensi
yang efektif) dan 1.990.000 (penularan tinggi, tanpa intervensi).
Pada
akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 275 infeksi
HIV, dengan 67 di antaranya AIDS. 100 di antaranya adalah WNA. 203 adalah
laki-laki, 68 perempuan, 4 tidak diketahui. Jalur penularan: 69 homoseks, 160
heteroseks, 2 IDU, 2 transfusi darah, 2 hemofilia dan 40 tidak diketahui.
Tema Hari AIDS Sedunia 1994 adalah “AIDS &
Keluarga (AIDS and the Family).”
Sejarah 1995
Edisi
perdana majalah Support diterbitkan oleh Yayasan Pelita Ilmu pada Januari.
Hingga Mei, 49 orang tercatat meninggal karena AIDS di Indonesia.
Pusat
Media Pelatihan AIDS untuk Wartawan (PMP AIDS) didirikan pada awal tahun oleh
LP3Y di Yogyakarta. Newsletter PMP AIDS edisi perdana diterbitkan pada Mei.
Yayasan
Pelita Ilmu (YPI) membuka Sanggar Kerja, yaitu tempat persinggahan (shelter)
untuk Odha, di Kebon Baru, Jakarta, dengan dukungan oleh Ford Foundation.
Program Buddies (pendamping Odha) juga dimulai.
Pada
Agustus, RS Medistra Jakarta melarang Dr. Samsuridjal Djauzi untuk merawat
pasien apa pun, karena beliau bersedia merawat pasien AIDS di RS tersebut.
Dikutip
oleh harian Kompas pada Mei, Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN
menyinyalir bahwa “virus AIDS sudah dimanfaatkan sebagai alat tindak
kejahatan...”
Spiritia
didirikan oleh Suzana Murni sebagai organisasi yang mandiri pada November.
Tema Hari AIDS Sedunia 1995 adalah “Hak dan Tanggung
Jawab Bersama (Shared Rights, Shared Responsibilities).” Kegiatan
dikoordinasi oleh BKKBN.
Headline
pada Suplemen Khusus Harian Surya yang menyambut Hari AIDS Sedunia berbunyi
“Tunggu! AIDS mungkin akan mewabah di Indonesia.”
Pada
akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 364 infeksi
HIV, dengan 87 di antaranya AIDS.
Sejarah 1996
Pada
pertemuan di Pacet, Jawa Timur, pada 15 Maret, dikeluarkan “Pernyataan Pacet tentang Masalah Etika dan Hak Asasi yang berkaitan dengan Pewabahan
dan Upaya Pencegahan HIV/AIDS.”
International
AIDS Candlelight Memorial diselenggarakan di 31 kota di Indonesia sebagai Malam
Renungan AIDS Nusantara (MRAN), dengan tema “Bersama Membangun Harapan,”
dikoordinasikan oleh Grup Koordinasi Nasional Mobilisasi AIDS Nusantara (GKNMAN).
Menurut harian Kompas, “diiringi lagu ‘Lilin-lilin Kecil’ yang dinyanyikan
sendiri oleh penciptanya, James F Sundah, sekitar seribu lilin di tangan para
hadirin menyala menerangi Plaza Taman Ismail Marzuki, Jakarta.”
Pertemuan
Nasional Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV/AIDS (Pertemuan Nasional HIV/AIDS
I) dilakukan pada Juli di Wisma Kalimanis, Jakarta.
Pada
pertemuan itu, diputuskan untuk mendirikan tiga organisasi baru: Perhimpunan
Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI); Forum Komunikasi LSM/Organisasi Peduli
AIDS (FKLOPA); dan Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI).
Milis
AIDS-INA, milis pertama untuk membahas masalah HIV dan AIDS di Indonesia,
diluncurkan oleh Dr. Pandu Riono.
Logo asli MRAN. Foto tangan Suzana dan ayahnya
Tema Hari AIDS Sedunia 1996 adalah “Satu Dunia Satu
Harapan (One World One Hope)”.
Pada
akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 501 infeksi
HIV, dengan 119 di antaranya AIDS.
Sejarah 1997
Pada Mei,
Ditjen POM mengeluarkan surat resmi kepada Ditjen Bea Cukai yang menerangkan
bahwa bila Bea Cukai mendapat kiriman ARV dari luar negeri yang ditujukan pada
Pokdisus AIDS, obat tersebut dapat dikeluarkan tanpa harus diuji coba Ditjen
POM.
Pada
Juni, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC, saquinavir
dan ritonavir. Namun harganya tidak terjangkau untuk mayoritas Odha.
Surveilans
yang dilakukan terhadap waria di Jakarta menunjukkan prevalensi HIV 6%, naik
dari 0,3% pada 1995.
Tema Hari AIDS Sedunia 1997 adalah “Anak-anak yang Hidup
di Dunia dengan AIDS (Children Living in a World with AIDS)”
Pada
akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 619 infeksi
HIV, dengan 153 di antaranya AIDS.
Sejarah 1998
Didi
Mirhad, bintang iklan Indonesia, mengungkapkan status dirinya HIV-positif pada
media massa.
Pertemuan
Odha pertama dilakukan oleh Spiritia di Ubud, Bali, dengan menghadirkan 16 Odha
dan Ohidha dari seluruh Indonesia.
Pada
Oktober, RCTI mulai menayangkan sinetron Kupu-Kupu Ungu, disutradarai oleh Nano
Riantiarno, dengan bintang Nurul Arifin dan Sandi Nayoan. Sinetron sepanjang 13
episode tersebut menggambarkan beragam masalah medis, sosial, psikologis dan
mitos seputar HIV dan AIDS.
Tema Hari
AIDS Sedunia ditentukan sebagai “Kaum Muda: Semangat Perubahan”. Kegiatan
dikoordinasi oleh Departemen Agama.
Menjelang
Hari AIDS, KPA meluncurkan Kampanye Nasional AIDS, ditandai oleh lambang baru,
yaitu pita merah-putih.
Sejarah 1999
Didi
Mirhad, bintang iklan Indonesia, meninggal dunia karena AIDS pada 25 Agustus.
Semiloka
Nasional Penggunaan dan Penyalahgunaan NAZA dilakukan selama empat hari di
September oleh sekelompok aktivis HIV dan narkoba, dengan melibatkan beberapa
pembicara dari Australia dan Malaysia. Pertemuan ini adalah pertama kali
konsep Harm Reduction dibahas oleh para pembuat kebijakan dan
pengambil keputusan di Indonesia.
Tema Hari
AIDS Sedunia 1999, ‘Dengar, Simak, Tegar! (Listen, Learn, Live!)’ tetap
ditujukan pada orang berusia di bawah 25 tahun. Kegiatan dikoordinasi oleh
Departemen Pendidikan.
Pada
akhir tahun, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC, d4T,
saquinavir, ritonavir dan indinavir.
Sejarah 2000
Pertemuan
Nasional HIV/AIDS II dilakukan pada April di Jakarta.
Surveilans
di antara 67 pengguna narkoba suntikan yang ditahan di Lapas Kerobokan di Bali
pada akhir tahun menemukan 35 (56%) terinfeksi HIV.
Pada
November, sebuah pertemuan yang dilakukan oleh Lentera-Sahaja PKBI DIY di
Kaliurang, DIY yang melibatkan beberapa relawan dari kelompok marjinal
dibongkar secara ‘brutal dan keji oleh kelompok orang yang bertopeng dan
bersembunyi dibalik jubah “agama” ataupun “parpol” tertentu.’
Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘AIDS – Pria
Berpengaruh (AIDS – Men Make a Difference)’. Kegiatan dikoordinasi oleh
BKKBN.
Sejarah 2001
Dua belas penghuni sebuah pusat pemulihan narkoba di
Bali dites HIV. Delapan di antaranya ditemukan terinfeksi.
Dengan dukungan dari Ketua Badan POM, berapa jenis ARV
generik dari India mulai tersedia di Indonesia, termasuk AZT, 3TC, gabungan
AZT+3TC, d4T dan nevirapine. Dengan obat ini, terapi antiretroviral (ART) yang
baku mulai tersedia di Indonesia, walau harga masih mahal (lebih dari Rp 1 juta
per bulan).
Pertemuan Nasional Odha ke-2 dilakukan oleh Spiritia
di Kuta, Bali pada September, dihadiri oleh 36 Odha dan Ohidha dari seluruh
Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkan “Asas-Asas Penanggulangan
HIV/AIDS” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Walau dalam keadaan sakit dan harus memakai kursi
roda, Suzana Murni, pendiri Spiritia berpidato pada pembukaan Konferensi
Internasional AIDS di Asia Pasifik (ICAAP) ke-6 di Melbourne, pada Oktober,
dengan judul ‘Memecah Penghalang’.
Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘Kami peduli. Anda
bagaimana? (I care. Do you?)’. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Kesehatan.
Pada 31
Desember, Drs. M. Jusuf Kalla sebagai Menkokesra menandatangani Keputusan
tentang Sekretariat KPA, yang menetapkan
Suzana Murni pada ICAAP ke-6
Sejarah 2002
Dr. Farid
Husein sebagai Sekretaris KPA.
Sidang Kabinet Sesi Khusus HIV/AIDS dilakukan pada 28
Maret.
Pada 1
April, disusun Komite Pengarah untuk Strategi Nasional Penanggulangan AIDS,
untuk mengembangkan rancangan Stranas baru.
Permohonan Indonesia untuk dana dari Global Fund Ronde
1 disetujui, dengan dana hampir 16 juta dolar untuk HIV. Fase 1 program, dengan
dana hampir 7 juta dolar, mulai diterapkan pada Juli 2003.
Suzana
Murni, pendiri Spiritia, meninggal dunia pas sebelum pembukaan Konferensi AIDS
Sedunia ke- 14 di Barcelona, Spanyol pada Juli. Konferensi ini didominasi oleh
masalah terkait pengobatan untuk HIV di negara terbatas sumber daya.
Penghargaan yang diberikan pada Spiritia oleh Family Health International (FHI)
diterima oleh Siradj Okta, adik Suzana.
Indonesia
menunjukkan betapa mendadak epidemi HIV dapat muncul. Setelah lebih dari
sepuluh tahun prevalensi HIV yang rendah, angka meloncat di antara pengguna
narkoba suntikan dan pekerja seks, dengan sampai 40% orang di tempat pemulihan
narkoba di Jakarta diketahui HIV-positif.
Pada
Oktober dibentuk Gerakan Nasional Meningkatkan Akses Terapi HIV/AIDS
(GN-MATHA), diketuai oleh Dr. Samsuridjal Djauzi, dengan tujuan agar 10.000
Odha di Indonesia mendapatkan ART pada 2005.
Sebuah
International Roundtable: Increasing Access to HIV Treatment in Resource Poor
Settings dilakukan di Canberra, Australia pada September. Di antara 85 peserta,
dari 18 negara, ada lima dari Indonesia.
Tema Hari
AIDS Sedunia 2002 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘Tetap Hidup dengan Tegar’.
Tema internasional adalah ‘Live and Let Live’.
Dirjen
Farmasi Depkes memasukkan AZT, 3TC dan nevirapine dalam Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) untuk semua rumah sakit tipe A dan tipe B se-Indonesia.
Sejarah 2003
Pertemuan
Nasional Odha ke-3 dilakukan oleh Spiritia di Cikopo, Puncak pada Februari,
dihadiri oleh 50 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui
dikeluarkannya “Pernyataan Cikopo” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
“Tegak
Tegar – Hidup Positif Bersama HIV”, Pameran Foto Karya Rio Helmi, yang
didedikasikan untuk Almarhumah Suzana Murni, diluncurkan di Gedung DPR-RI,
Senayan, Jakarta pada Februari. Foto dalam pameran menunjukkan beberapa Odha di
Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
Pada
Maret, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa pemerintah akan memberi subsidi
ARV generik sebesar Rp 200.000 per bulan untuk setiap Odha yang membutuhkannya.
Beberapa provinsi memutuskan untuk menyediakan ARV secara gratis untuk sejumlah
Odha di provinsinya.
Pada
Juli, penyediaan ART untuk 100 Odha di Indonesia yang didanai oleh Global Fund
mulai direncanakan.
Program
Global Fund Ronde I Fase 1 untuk HIV dimulai di Indonesia pada Juli. Program
ini diutamakan untuk memberi ARV pada 100 Odha di lima provinsi.
Pada
Agustus 2003, Kimia Farma meluncurkan produk ARV-nya. Pada awal disediakan AZT
(Reviral), 3TC (Hiviral), gabungan AZT+3TC (Duviral), serta nevirapine
(Neviral). Namun rencana awal untuk membuat gabungan AZT+3TC+nevirapine dengan
nama Triviral tidak berhasil. Harga untuk Duviral dan Neviral ditetapkan
sebagai Rp 345.000.
Jogjakarta
Round Table Meeting, yang dihadiri oleh peserta dari 16 negara dengan tujuan
mengevaluasi pelaksanaan akses ART, diselenggarakan pada September. Pertemuan
ini adalah lanjutan dari pertemuan serupa yang dilakukan di Canberra pada 2002.
Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan AIDS
2003-2007.
Menyambut
Hari AIDS Sedunia, Presiden Republik Indonesia Megawati bertemu dengan beberapa
Odha di istana negara.
Tema Hari
AIDS Sedunia 2003 ditetapkan oleh Departemen Sosial sebagai ‘Stigma dan Diskriminasi’.
Pada akhir 2003, diperkirakan 1.100 Odha memakai ART di Indonesia.
Sejarah 2004
Pada 19
Januari, wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan
terhadap HIV (Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Riau), pada
pertemuan di Papua dengan Ketua KPA Jusuf Kalla dan wakil dari enam departemen
serta Ketua Komisi VII DPR-RI, Dr. Sanusi Tambunan, menyatakan Komitmen
Sentani. Di antara tujuh pasal dalam komitmen tersebut, para peserta berjanji
akan “Mengupayakan pengobatan HIV/AIDS termasuk penggunaan ARV kepada minimum
5.000 Odha pada tahun 2004.”
Pertemuan
Nasional Odha ke-4 dilakukan oleh Spiritia di Tretes, Jawa Timur pada Februari,
dihadiri oleh 60 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui
dikeluarkannya “Pernyataan Tretes” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Departemen
Kesehatan menetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi sebagai Rumah Sakit Rujukan
AIDS, tahap pertama. Sedikitnya dua dokter, satu perawat dan satu konselor dari
masing-masing rumah sakit diberi pelatihan khusus.
Spiritia
meluncurkan prakarsa pencegahan untuk Odha yang disebut “HIV Stop di Sini”,
yang dimaksudkan membantu memutuskan rantai penularan.
Yayasan
Spiritia melakukan pelatihan Pendidik Pengobatan pertama di Jakarta, dengan melibatkan
45 peserta dari kelompok dukungan sebaya dan komunitas di seluruh Indonesia.
Setelah
upaya advokasi yang melibatkan kelompok dukungan sebaya dari seluruh Indonesia,
Depkes mengubah kebijakan untuk menyediakan ART dengan subsidi penuh pada 4.000
Odha.
Dilakukan
Pertemuan Nasional KDS ke-2 di Sanur Bali pada November, dihadiri oleh wakil
dari 33 kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk Odha/Ohidha dari 24 kota dan 20
provinsi. Peserta menyetujui dikeluarkan “Pernyataan Bali” sebagai suatu hasil
dari pertemuan itu.
Tema Hari
AIDS Sedunia 2004 ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai
‘Perempuan, Remaja Putri, HIV dan AIDS’, dengan slogan “Sudahkah Kau Dengar Aku
Hari Ini?” Tema internasional adalah ‘Women, Girls, HIV and AIDS’,
dengan slogan “Have You Heard Me Today?”.
Sejarah 2005
Setelah
mengevaluasi kinerja penerapan Fase 1 programnya Ronde I di Indonesia, Global
Fund memutuskan untuk memotong dana untuk Fase 2 (Juli 2005-Juni 2007) dari 9
juta dolar AS menjadi
900.000
dolar.
Terkait
dengan kunjungan Kofi Annan, Sekretaris-Jenderal PBB ke Indonesia, untuk
Konferensi Asia- Afrika, istrinya, Ibu Nane Annan mengunjungi Spiritia. Di
kantor Spiritia, Ibu Nane berbincang dengan kurang lebih 20 Odha dari berbagai
latar belakang.
Pada Mei,
Agustina Saweri, meninggal dunia di Jayapura. Odha berusia 26 tahun itu
memperoleh embel- embel ‘Buah Merah’ di namanya setelah ia diboyong ke Jakarta
pada Oktober 2004 untuk memberi kesaksian tentang khasiat buah tersebut sebagai
alternatif pengobatan AIDS. Agustina didesak untuk berhenti penggunaan ART-nya,
karena tidak dibutuhkan lagi setelah memakai Buah Merah.
International
Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-7 dilakukan di Kobe, Jepang
pada Juli, dengan tema ‘Bridging Science and Community (Menjembatani
Ilmiah dan Komunitas).’
Spiritia
melaksanakan Kongres Nasional Odha pertama di Lembang, Jawa Barat, pada
September, dihadiri oleh 120 peserta Odha dan Ohidha. Peserta mengeluarkan
“Pernyataan Lembang” seusai pertemuan.
Tema Hari
AIDS Sedunia 2005 ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai ‘Kepemimpinan
dan Penanggulangan HIV/AIDS’. Tema internasional adalah ‘Stop AIDS. Keep the
Promise’.
KPA
Nasional mengeluarkan rencana program akselerasi di 100 Kabupaten/Kota tahun
2005. Rencana ini dicanangkan pada Hari AIDS Sedunia oleh Bapak Wakil Presiden.
Sejarah 2006
Pada
Januari, laboratorium resistansi genotipe HIV mulai diuji coba di Departemen
Mikrobiologi FKUI. Lab ini disediakan untuk melakukan surveilans resistansi
untuk Depkes.
Pada Mei,
dilakukan International AIDS Candlelight Memorial (Malam Renungan AIDS) dengan
tema internasional “Lighting the Path to a Brighter Future”. Antara lain,
kegiatan diadakan di Tangerang, Lombok, Kediri, Malang dan Jogja.
Juga pada
Mei, diluncurkan buku ‘Dua Sisi dari Satu Sosok’, kumpulan tulisan Suzana
Murni. Buku ini, yang disusun oleh Putu Oka Sukanta, mengandung 43 artikel dan
puisi karya Suzana, sebagian diterjemahkan dari tulisan asli dalam bahasa
Inggris.
Peraturan
Presiden (PP) RI Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional ditandatangani oleh Bapak Presiden pada 13 Juli 2006. Antara yang
lain, PP ini menetapkan Dr. Nafsiah Ben Mboi sebagai Sekretaris.
Situs web
Spiritia bangkit kembali pada Juni. di antara fitur yang pada awal tersedia
adalah akses pada berbagai dokumen Spiritia (termasuk semua Lembaran
Informasi), statistik Depkes dari 1995, dan informasi mengenai kelompok
dukungan sebaya dalam jaringan se-Indonesia.
Pada
Agustus diluncurkan situs web www.aids-ina.org yang
merupakan langkah awal dari beberapa aktivis dan pemerhati untuk melengkapi
forum milis aids-ina. Diharapkan situs web ini bisa menjadi pusat informasi
terhadap isu HIV-AIDS di Indonesia.
Juga pada
Agustus, diumumkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Tanah Papua diperkirakan telah
memasuki kelompok masyarakat umum (generalized epidemic).
Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional pada acara penyerahan AIDS Award 2006 di Hotel Nikko di September.
AIDS Award event di anugerahkan kepada 19 perusahaan yang telah menunjukkan
prestasi dalam melaksanakan program penanggulangan AIDS di tempat kerja. AIDS
Award Event 2006 diselenggarakan oleh KPA Nasional.
Ada
pertemuan antara Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dengan sekretaris KPA
Nasional
Dr.
Nafsiah Mboi, SpA, MPH di Markas Besar TNI Cilangkap pada Oktober. Panglima TNI
Marsekal Djoko Suyanto mengatakan bahwa upaya pencegahan penularan HIV di
lingkungan TNI sangat penting untuk segera ditingkatkan pelaksanaannya di semua
jajaran TNI termasuk di komando utama (KOTAMA).
Tema Hari
AIDS Sedunia 2006 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai ‘STOP AIDS –
Tepati Janji’, dengan fokus pada akuntabilitas. Tema internasional tetap ‘Stop
AIDS. Keep the Promise’, sama seperti tahun sebelumnya.
Sejarah 2007
Buku
Suzana Murni, ‘Lilin Membakar Dirinya’, biografi Suzana oleh Putu Oka Sukanta,
diluncurkan pada Januari.
Pada
Februari, PB IDI (Bidang Penyakit Menular) bersama ASHM (Australasian Society
HIV Medicine) mengadakan Kursus Nasional tentang Koinfeksi HIV-Hepatitis Virus
selama dua hari yang merupakan kegiatan penting Pra-Pertemuan Nasional HIV/AIDS
ke-3.
Pertemuan
Nasional HIV & AIDS ke-3 dilakukan di Surabaya pada Februari dengan tema “Menyatukan
Langkah untuk Memperluas Respons”. Antara lain, Strategi Nasional
Penanggulangan AIDS 2007-2010 diluncurkan di pertemuan ini.
Bantuan
Dana Global Fund untuk penanggulangan AIDS, TB, dan Malaria untuk Indonesia
dihentikan sementara mulai pertengahan bulan Maret. Alasan utama penghentian
aliran dana untuk tiga penyakit menular tersebut karena ditemukan
“mismanagement” dalam pengelolaan dana tersebut.
Pada Juli, diketahui bahwa Komisi E DPR Provinsi
Papua, dalam Rancangan Perdasi (Peraturan Daerah Provinsi) terkait
penanggulangan HIV dan AIDS di Papua mengusulkan pemasangan microchip dan
anjuran pemeriksaan wajib HIV bagi setiap warga Papua, didorong oleh anggota
Dr. John Manangsang.
Spiritia
melaksanakan Kongres Nasional Odha dan Ohidha ke-II Peningkatan Pemberdayaan
dan Keterampilan dalam Menghadapi HIV dan AIDS di Lido 29 Juli-1 Agustus 2007
dengan tema ”Peduli AIDS – Jangan Hanya Slogan”.
Pada
Agustus, di International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-8
di Colombo, Sri Lanka,
diumumkan
bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk ICAAP ke-9 di Bali pada 2009.
Dana
Global Fund, yang dibekukan pada Maret 2007, dicairkan lagi pada Oktober.
Tema Hari
AIDS Sedunia 2007 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘STOP AIDS – Tepati Janji’,
dengan fokus pada kepemimpinan. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS.
Keep the
Promise’, sama seperti dua tahun sebelumnya. Di antara
kegiatan terkait
dengan
Hari AIDS, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan
pertemuan
di Istana Negara. Puncak acara adalah dialog langsung Presiden SBY dengan Odha
dan keluarganya. Dalam dialog yang dipandu langsung oleh Aburizal Bakrie selaku
ketua KPA Nasional ini, Presiden berkesempatan mendengarkan langsung hal yang
dialami oleh Odha. Tanggapan dan jawaban yang diberikan oleh Presiden dalam
dialog tersebut secara nyata dirasakan langsung oleh peserta dialog. seperti
yang disampaikan oleh Luh Putu Ikha, perwakilan dari Bali, bahwa peran Odha
dalam penanggulangan HIV/AIDS di tanah air perlu didukung oleh pemerintah.
Pekan
Kondom Nasional (PKN) Pertama dilaksanakan 1-8 Desember 2007 dengan kegiatan
yang mencakup pembagian materi edukasi ke berbagai pelosok daerah di Indonesia,
pelatihan, talkshow, konser musik, dan lomba karya tulis dan fotografi bagi
wartawan dan blogger. Akibat PKN ini, KPA Nasional didemo dua kali, dengan
tuduhan “merusak moral bangsa”, dan mereka sama sekali tidak mau dengar
penjelasan dari Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional.
Pada
akhir 2007, dilaporkan 11.570 Odha pernah mulai ART, dengan 6.653 (58%) masih
memakainya.
Sejarah 2008
Komunitas
TNI mengumumkan pada Januari bahwa akan melaksanakan proyek percontohan untuk
pelayanan terpadu HIV-AIDS di Jatim khususnya bagi masyarakat TNI.
Penasihat
Khusus Sekjen PBB dan utusan khusus untuk HIV dan AIDS di Asia Pasifik, Nafis
Sadik, yang menunjungi Indonesia pada Februari, mengujar bahwa, “Targetnya MDG
2015 tidak akan tercapai, jika keadaan AIDS tidak dapat ditanggulangi secara
baik.” Menurutnya, penyebaran epidemi HIV di Indonesia telah mengalami peningkatan.
Pertambahan itu menurutnya banyak disebabkan oleh penularan infeksi melalui
transmisi seksual.
Pertemuan
Nasional Harm Reduction dilakukan di Makassar pada Juni. Pada pertemuan
tersebut, Asisten Deputi Sekretaris KPA Nasional Inang Winarso mengatakan, dari
3.000 pasien yang mengikuti program Metadon di seluruh Indonesia, 20% di
antaranya telah terbebas sebagai pengguna dan pecandu narkoba. Juga pada
pertemuan itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal
Bakrie juga mengampanyekan penggunaan kondom di kalangan pengguna Napza.
Dalam
Kongres Anak Indonesia VII 2008, yang dilakukan pada Juli terkait dengan Hari
Anak Indonesia (HAN) 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta,
peserta merumuskan “Suara Anak Indonesia.” Mereka bertekad meningkatkan
pemahaman cara hidup sehat, hak kesehatan reproduksi, agar terhindari dari
bahaya penyakit menular, HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkotika. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan jajaran menteri terkait menindaklanjuti hasil
kongres tersebut.
Melalui
Musyawarah Nasional Orang Terinfeksi HIV yang dilakukan secara terbatas dan
dihadiri oleh 124 orang terinfeksi HIV berasal dari 27 provinsi pada Juli,
telah membentuk sebuah organisasi yang bernama Jaringan Orang Terinfeksi HIV
(JOTHI). Dipilih Abdullah Denovan sebagai Koordinator Nasional dengan periode
kerja dua tahun.
Sekretaris
Nasional Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Nafsiah Mboi
memprediksi
pada Juli bahwa jumlah kasus HIV dan AIDS pada 2020 akan melonjak menjadi 2 juta
kasus. Sekitar 80% di antaranya menimpa kaum laki-laki.
Pada
pertemuan di IDI di Oktober, diumumkan bahwa estimasi jumlah orang terinfeksi
HIV di Indonesia sudah menjadi 277.000.
Masyarakat
Peduli AIDS Nasional (Mapan) – yang menggabungkan antara lain Jaringan orang
terinfeksi HIV (JOTHI) Jakarta, Persatuan korban Napza dan LBH Kesehatan
sebagai pendamping – pada November melakukan aksi di depan Kantor Perwakilan
PBB di Menara Thamrin, Jakarta. Mereka menuntut Koordinator UNAIDS Indonesia
Nancy Fee dipecat dan keluar dari Indonesia. Salah satu yang disuarakan mereka,
selama ini UNAIDS tidak memberikan kontribusi nyata bagi penanggulangan AIDS di
Indonesia.
Akhirnya,
pada Desember, pasal di Raperdasi Provinsi Papua mengenai microchip dibatalkan,
setelah banyak advokasi oleh orang di seluruh Indonesia.
Tema Hari
AIDS Sedunia 2008 ditetapkan oleh ???? sebagai ‘Yang Muda Yang Membuat
Perubahan’. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’
dengan fokus pada kepemimpinan, sama seperti dua tahun sebelumnya.
KPAN,
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan DKT Indonesia
menggelar Pekan Kondom Nasional (PKN) ke-2 yang diadakan pada minggu pertama
Desember. Kegiatan ini diawali dengan Konferensi Kondom pada 1 Desember 2008
yang dibuka Menkokesra Aburizal Bakrie. Namun kegiatan ini dilawan dengan
Kampanye Antikondomisasi, dengan konferensi pers berjudul “Stop Kondomisasi
untuk Penyebaran HIV/AIDS” oleh LSM Merc.
Pada
akhir 2008, dilaporkan 17.880 Odha pernah mulai ART, dengan 10.616 (59%) masih
memakainya.
Edit terakhir: 5 Juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar