BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seperti
diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa
ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan
bagi umat manusia. Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang
berhubungan de-ngan kematian) dan logos ilmu . Tanatologi adalah bagian
dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu
mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan
mati otak (mati batang otak).1
Mati suri (apparent death)
ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi
gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus
seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat
aliran listrik dan tenggelam.1
Pada kebanyakan literatur lebih dikenal dengan near death experiences (NDE). Greyson pada tahun 1980-an telah membuat skala untuk menentukan NDE, skala tersebut dalam bentuk kuisioner.2
1.2 Batasan masalah
Pembahasan
referat ini dibatasi pada defenisi tanatologi, manfaat tanatologi,
jenis kematian, tanda kematian, definisi mati suri, teori yang
membahasnya, dan identifikasi penyebabnya.
1.3 Tujuan penulisan
Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai mati suri.
1.4 Metode penulisan
Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanatologi
2.1.1. Definisi Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan
mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.1,3
Mati
menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi
sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya
perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi
dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian
berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak .1
2.1.2. Manfaat Tanatologi
Ada
tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup
atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan
wajar atau tidak wajarnya kematian korban.
Menetapkan
apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui dari masih
adanya tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda kehidupan dapat
kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam
tubuh korban. Sebaliknya, tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda
kematian.
2.1.3 Jenis Kematian
Agar
suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang
mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem
persarafan, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem
itu sangat mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada
satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh .1,3
Dalam
tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak
(mati batang otak).1,3
Mati somatis (mati
klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap.1
Pada
kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks,
elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung
tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak
terdengar saat auskultasi. 1
Mati suri (apparent death)
ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi
gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus
seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat
aliran listrik dan tenggelam.1
Mati seluler (mati
molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing
organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler
pada tiap organ tidak bersamaan. 1,3
Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat. 1
Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible,
termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati
batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak
dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan. 1
2.1.4. Cara Mendeteksi Kematian
Melalui
fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa
mendeteksi hidup matinya seseorang. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya
sistem saraf, ada lima hal yang harus kita perhatikan yaitu tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada tonus, dan elektro ensefalografi (EEG) mendatar/ flat. 1,3
Untuk
mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler ada enam hal yang
harus kita perhatikan yaitu denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut
jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektro kardiografi
(EKG) mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan
setelah jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat
penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard), dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.1
Untuk
mendeteksi tidak berfungsinya sisteim pernapasan juga ada beberapa hal
yang harus kita perhatikan, antara lain tidak ada gerak napas pada
inspeksi dan palpasi, tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada
gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban
pada tes, tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan
lubang hidung atau mulut korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang
kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban. 1
2.1.5. Tanda Kematian
Kematian
adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal
sebagai tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda
kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti. 1,3
A. Tanda kematian tidak pasti 1,3
1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata.
B. Tanda kematian pasti
1. Livor mortis
Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices. 1,3
Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide)
pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau
stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya
gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras. 1,3
Bercak
tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian
klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya
menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis.Sebelum lebam mayat
menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung
kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih
bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak
bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis
sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam. 1,3
Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu : 1,3
1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.
Livor mortis dapat
kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam
tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat. Lebam
pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada
belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung
jari dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam
yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat
dasi. 1,3
Lebam
pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada
dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam
pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung
ekstremitas dan genitalia eksterna. Lebam
pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada
posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal
hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang dibawah
(dalam rongga panggul). 1,3
Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam. Volume
darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih
luas terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya
pada volume darah yang sedikit, misalnya pada anemia. 1,3
Ada
lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian yaitu (1) warna merah kebiruan merupakan warna normal
lebam, (2) warna merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN,
atau suhu dingin, (3) warna merah gelap menunjukkan asfiksia, (4) warna
biru menunjukkan keracunan nitrit dan (5) warna coklat menandakan
keracunan aniline. 1,3
Interpretasi livor mortis dapat
diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda memperkirakan saat dan
lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat
setelah terjadi lebam bukan pada saat mati. 1,3
Livor mortis harus
dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi
darah). Warna merah darah akibat trauma akan menempati ruang tertentu
dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika irisan jaringan kita
siram dengan air. 1,3
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Kaku mayat atau rigor mortis adalah
kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan
sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/
relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan
kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot. 1,3
a. Cadaveric spasme
Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah
suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan
kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis
dan tanpa melalui relaksasi primer. 1
b. Heat Stiffening
Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi, misalnya pada kasus kebakaran. 1
c. Cold Stiffening
Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku. 1
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Algor mortis adalah
penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan
terjadinya pengeluaran panas secara terus-menerus. Pengeluaran panas
tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan lingkungannya. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. 1
Pada
beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan
bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya
sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar
sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu. 1
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu : 1
a. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
b. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan suhu tubuhnya.
c. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
d. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
e. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
f. Aktivitas sebelum meninggal.
g. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.
h. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
i. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.
Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain : 1
a. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat.
b. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
c. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
d. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
e. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
f. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan airnya.
g. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu (98,40F - suhu rectal 0F) : 1,50F
4. Pembusukan
Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii.
Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN,
dan AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang
berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu
adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik. 1
Proses
pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh
kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama
kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah
yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk. 1
Ada
17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata menonjol,
lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang
lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu
vena superfisialis kulit berwarna kehijauan, pembuluh darah bawah kulit
melebar, dinding perut pecah, skrotum atau vulva membengkak, kuku
terlepas, rambut terlepas, organ dalam membusuk, dan ditemukannya larva
lalat. 1
Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus gravid, uterus post partum,
dan darah. Organ yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung,
ginjal dan diafragma. Organ yang paling lambat membusuk antara lain
kelenjar prostat dan uterus non gravid. 1
Larva
lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian.
Berguna untuk memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena
keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur
panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui
dengan cara mengidentifikasi racun dalam larva lalat. 1
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat, yaitu:1
a. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.
b. Suhu optimal yaitu 21-370C mempercepat pembusukan.
c. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.
d. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.
e. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.
f. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).
g. . Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat pembusukan.
h. Penyebab
kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen,
stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan.
i. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan.
Pada
pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian
sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk
menaksir lama kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla
intravital. 1
5. Adipocere (lilin mayat)
Adipocere adalah
suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan hidrogenisasi
pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena
terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang berpengaruh terhadap jaringan lemak. 1
Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali, sampai ratusan tahun . 1
6. Mummifikasi
Mummifikasi
dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan dengan
cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan
menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan
menyusutnya alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih
kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang
cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh
keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara.1
2.2 Mati Suri
Mati suri (apparent death, suspended death, near death experiences) adalah stadium somatic death perlu
diketahui suatu keadaan yang dikenal dengan istilah mati suri atau
apparent death. Mati suri ini terjadi karena proses vital dalam tubuh
menurun sampai taraf minimum untuk kehidupan, sehingga secara klinis
sama dengan orang mati. Dalam literatur lain mati suri adalah
terhentinya ketiga sistem kehidupan yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. 1
Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur (barbiturat), tersengat aliran listrik, kedinginan, mengalami cardiac arrest, dan tenggelam. 1
Berikut ini adalah teori-teori ilmiah tentang near-death experiences, yaitu:
a. Teori Lobus Temporal
a. Teori Lobus Temporal
Beberapa NDE yang diketahui berhubungan
dengan kerusakan pada lobus temporal dari otak, dan peneliti telah
menemukan bahwa dengan merangsang lobus elektrik ini dapat meniru beberapa elemen dari NDE. Mereka percaya bahwa stres saat menjelang kematian, atau berpikir berada menjelang kematian, mungkin dalam beberapa cara menyebabkan stimulasi lobus ini. Ada beberapa bukti untuk mendukung teori ini, dilaporkan orang yang menderita stroke yang mempengaruhi bagian otak, atau tumor di daerah ini. 4
b. Teori Kurangnya Oksigen
Penjelasan
yang mungkin adalah kekurangan oksigen di otak, atau karbon dioksida
terlalu banyak. Tapi ini tidak akan menjelaskan mengapa beberapa pasien
dapat memberikan laporan yang meyakinkan dari hal-hal yang terjadi selama NDE. Perbandingan antara NDE dan halusinasi yang dihasilkan oleh otak yang kekurangan oksigen , pada halusinasi lebih
mirip dengan halusinasi psikotik. Kebingungan, disorientasi, dan
ketakutan adalah ciri khas, dibandingkan dengan ketenangan pada NDE. Halusinasi, apakah sengaja diinduksi obat, atau disebabkan oleh kekurangan oksigen, hampir selalu terjadi ketika subjek terjaga dan sadar, sedangkan NDE terjadi selama ketidaksadarannya. 5
c. Teori Halusinasi
Beberapa ilmuwan menyatakan
bahwa saat sekarat, otak akan mensekresi hormone endorphin, hormone ini
bekerja pada sistem saraf pusat untuk menekan rasa sakit. Tapi endorfin bukanlah halusinogen dan tidak dapat menjelaskan terjadinya NDE, sehingga meskipun endorphin sebagai obat penghilang rasa sakit, tetapi tidak menjelaskan terjadinya NDE. 2
Penelitian mengenai reseptor neurotransmitter sangat kompleks dan dalam hal pemahaman mengenai fungsi otak pada masa pertumbuhan. Hal ini diketahui bahwa ketamin, obat bius kuat dapat menghasilkan banyak komponen NDE, terutama elemen luar tubuh, dan teorinya adalah bahwa zat seperti ketamin dapat dilepaskan oleh tubuh pada saat NDE yang mungkin berperan sebagai reseptor neurotransmitter tertentu dan bertanggung jawab untuk memproduksi seluruh komponen NDE dengan memblokir reseptor lain. 2
NDE Greyson berupa kuesioner yang terdiri dari 16-item pertanyaan yang divalidasi dan sesuai standar, berhasil digunakan dalam penelitian sebelumnya untuk menilai komponen inti NDE dalam beberapa pasien medis. 6
Skala NDE Greyson6
1. Did time seem to be speeding up?
2. Were your “visions” accelerated?
3. Did you experience a “life review” of scenes from your past?
4. Did you experience a “life review” of scenes from your past?
5. Did you experience a sense of peace and pleasantness?
6. Did you experience feelings of joy?
7. Did you perceive to be in harmony/unity with the universe?
8. Did
you have the sensation there was a light at the end of a tunnel and/or
did you experience a more general sense of light, or of flashing lights?
9. Were your senses more vivid?
10. Did you experience any extra sensory perceptions (ESP)?
11. Did you seem to perceive what will happen in the future?
12. Did you either feel separated from (or have you lost awareness of) your own body?
13. Did you meet with mystical beings or hear their voices?
14. Did you seem to enter some sort of “another world”?
15. Did you meet with deceased ones or religious/spiritual figures?
16. Did you reach any “point of no return”?
2.3 Identifikasi penyebab Mati Suri
a. Keracunan Obat Tidur
Keracunan obat
tidur dapat membunuh seseorang dalam beberapa menit disebabkan kekurangan oksigen di paru-paru. Obat tidur mengikat reseptor GABA, yang merupakan reseptor yang ditemukan pada permukaan sel-sel pada sistem saraf pusat (SSP). Reseptor sensorik GABA merespon inhibisi neurotransmitter utama pada SSP, disebut gamma-aminobutyric acid. Pil tidur bekerja dengan merangsang aktivitas saraf
pemancar gamma-aminobutyric acid yang kemudian meningkatkan
permeabilitas ion klorida bermuatan negatif pada sel-sel saraf.
Akibatnya, bagian dalam sel saraf menjadi lebih bermuatan negatif
sehubungan dengan aktivitas tersebut. Sel-sel saraf tidak lagi merangsang otot-otot pernapasan, dan terjadi penurunan oksigen. 7
b. Lightning
Tubuh
harus ditempatkan di udara terbuka atau ruang terbuka, kemudian berikan
air dingin pada leher, dada dan wajah. Jika tubuh menjadi dingin, maka
perlu dihangatkan. Pernapasan buatan juga bisa dilakukan seperti yang
direkomendasikan pada kasus tenggelam.8
c. Tenggelam
Gejala yang ditemukan pada kasus tenggelam bervariasi. Beberapa, untuk diendapkan ke dalam air, lumpuh karena takut, tenggelam seperti timah dan mati tanpa perlawanan. Lainnya, masih mengendalikan pancaindera mereka, berjuang untuk menjaga diri mereka di permukaan, tetapi ketika kekuatan mereka gagal, gerakan mereka menjadi sembarangan, dan mereka berusaha menggapai pada setiap benda dalam jangkauan mereka. Dari ketidakteraturan gerakan mereka, mereka bangkit dan tenggelam beberapa kali. Pada setiap kesempatan upaya dilakukan untuk dapat bernafas, tetapi biasanya air masuk sedikit dan menyebabkan batuk, berusaha dikeluarkan dari trakea. Semakin besar usaha untuk mengambil udara untuk bernafas, semakin banyak air yang masuk ke dalam saluran nafas. Kecuali kepala sepenuhnya diangkat, sebagian air masuk ke dalam lambung, tetapi bagian yang lebih besar, bersama-sama dengan udara yang dihirup, dikeluarkan dengan cara spasme glottis. Dalam upaya yang berkelanjutan ini darah mengalir dengan cepat ke kepala, otak menjadi kongesti dan semua usaha untuk hidup berhenti.Korban tenggelam untuk terakhir kalinya, tidak dapat memperoleh udara, dimana paru-paru menjadi penuh dengan darah vena, pompa jantung menjadi semakin lemah, kepekaan secara bertahap berkurang, dan korban mulai merasa semakin dekat dengan kematian.9
Dari apa yang telah dikatakan, itu akan sangat mudah tampak bahwa tenggelam hanya semacam sesak napas, yang disebabkan bukan oleh keberadaan air di paru-paru atau lambung, ada namun sangat sedikit di sana, akan tetapi oleh menutupnya saluran keluar udara atmosfir dari udara dengan bagian dari paru-paru, sehingga mencegah oksigenasi darah, dan dengan demikian menyebabkan penurunan fungsi organ untuk hidup. 9
Jika tidak ada tanda kekerasan yang cukup untuk menyebabkan kematian, dan ada alasan untuk percaya orang tersebut masih hidup ketika terbenam, atau ada kemungkinan bahwa korban masih hidup, pengobatan harus bijaksana, aktif, dan terencana. Mulut dan lubang hidung harus dibersihkan. Pakaian basah segera dilepaskan dari tubuh, tubuh diseka hingga kering, dan segera ditutupi dengan pakaian kering yang hangat atau selimut. Semakin dingin cuaca, semakin penting untuk melakukannya langsung di tempat, kecuali ada beberapa tempat yang sangat dekat. 9
Dalam memindahkan tubuh, yang harus diperhatikan bahwa jangan mengangkat hanya bahu dan kaki sehingga kepala akan jatuh ke belakang atau ke depan, karena ini akan sangat merugikan. Korban harus diletakkan dalam posisi telentang dengan kepala dan dada terangkat di atas benda atau tempat yang datar. Setelah
mencapai tujuan, tubuh harus ditempatkan di atas meja tinggi yang
nyaman, ditelanjangi dan ditutupi dengan selimut hangat, kepala dan dada terangkat, mulut dan lubang hidung tetap bebas dan terbuka. Pernapasan buatan harus mulai dilakukan. 9
Bukti-bukti pertama kembali kehidupan sedikit kejang pada otot pernapasan, menyebabkan terengah-engah
atau mendesah. Bahkan ketika bernapas telah menjadi tenang dan
sirkulasi tampaknya dipulihkan, masih ada masa bahaya, dan pasien selama
beberapa jam harus diawasi dengan ketat. Perlakuan yang kita lakukan dalam kasus tenggelam, juga dapat diterapkan pada kasus asfiksia karena pencekikan. 9
d. Cardiac Arrest
Dalam
suatu studi prospektif yang melaporkan hubungan antara NDE dan CO2
didapatkan kesimpulan bahwa kejadian NDE berhubungan dengan petCO2
inisial yang tinggi, pCO2 darah arteri, dan NDE sebelumnya. Selain itu
level potassium serum juga memegang peranan. 5
Namun belum jelas apakah NDE terjadi sebelum, selama atau setelah periode Cardiac Arrest. Selama Cardiac Arrest ,
kadar petCO2 jatuh ke level yang sangat rendah, yang berefek terhadap
cardiac output yang sangat rendah saat Resusitasi jantung Paru. Level
CO2 yang lebih tinggi kemudian mengindikasikan cardiac output yang
lebih baik dan tekanan perfusi koroner yang lebih tinggi. Penelitian
tersebut memusatkan perhatian pada hubungan antara petCO2 inisial dan
kejadian NDE yang menyokong hipotesis bahwa NDE terjadi selama Cardiac Arrest. 5
Di sisi lain, hubungan antara pCO2 yang lebih tinggi dan terjadinya NDEakan memberi kesan bahwa NDE terjadi setelah Cardiac Arrest. Namun pCO2 yang tinggi secara sederhana akan berefek peningkatan petCO2 inisial.namun
demikian, diketahui bahwa CO2 mengubah keseimbangan asam basa di otak,
yang akan memprovokasi pengalaman yang tidak biasa dalam bentuk cahaya
terang, bayangan, dan keluar dari tubuh maupun pengalaman-pengalaman
mistis lainnya. 5
Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
CO2 yang dihirup, digunakan sebagai agen psikoterapi yang dapat
menyebabkan seperti pengalaman NDE. Oleh karena itu, kita dapat
menyimpulkan bahwa CO2 bisa menjadi salah satu faktor utama yang memprovokasi NDE, tanpa memperhatikan kapan NDE nya terjadi. 5
CO2 yang dihirup, digunakan sebagai agen psikoterapi yang dapat
menyebabkan seperti pengalaman NDE. Oleh karena itu, kita dapat
menyimpulkan bahwa CO2 bisa menjadi salah satu faktor utama yang memprovokasi NDE, tanpa memperhatikan kapan NDE nya terjadi. 5
e. Freezing
Jika ada korban membeku, gejala
pertama yang berbahaya adalah rasa sangat mengantuk dan tak
tertahankan. Meskipun orang tahu bahwa tidur adalah untuk mati, namun
keinginan untuk tidur begitu kuat sehingga ia sering mengabaikan untuk
mengambil tindakan pencegahan, kemudian diam-diam berbaring dan mati. 10
Apabila
orang ditemukan dalam keadaan pingsan atau mati suri, yang disebabkan
oleh suhu yang begitu dingin, maka harus segera diselamatkan ke tempat
penampungan, seperti sebuah gudang atau kamar tanpa api, di mana ia
dapat dilindungi dari angin udara. Kemudian, jika timbul kaku atau
kekakuan, ditutupi tubuh dengan beberapa inci salju kemudian bersihkan
saluran hidung. Atau jika salju tidak ada, korban harus ditempatkan di
kamar mandi, dengan air yang dibuat sedingin mungkin seperti es. Setelah
kekakuan dihilangkan dengan pengobatan ini,pakaian yang harus
dilepaskan secara bertahap dan dipotong jika perlu, kemudian tubuh
digosok dengan salju sampai menjadi merah, atau jika salju tidak akan
diperoleh, tubuh harus dikeringkan di ruangan yang cukup hangat lalu
ditutupi dengan kain flanel, dan digosok dengan tangan dari beberapa
orang pada waktu yang sama. 10
setelah
pasien pulih, pasien harus dihindari dari panas api, karena akan
menimbulkan rasa sakit yang memiliki kecenderungan untuk menyebabkan
kekacauan serius dari sistem tubuh. 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mati suri (apparent death, suspended death, near death experiences) merupakan proses vital dalam tubuh menurun sampai taraf minimum untuk kehidupan, sehingga secara klinis sama dengan orang mati. Dimana dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem
yaitu pernapasan, kardiovaskuler, serta otak masih berfungsi.Biasanya
terjadi pada keadaaan tenggelam, keracunan obat tidur, tersengat aliran
listrik, kedinginan, dan acute heart failure.
Telah
dikenal beberapa teori mengenai mati suri ini, yaitu teori lobus
temporal, teori kekurangan oksigen atau kelebihan karbon dioksida, serta
teori halusinasi. Untuk menentukan mati suri (near death experiences) dapat
dilakukan dengan skala NDE Greyson, menggunakan kuesioner yang terdiri
dari enam belas pertanyaan, kuesioner ini telah divalidasi dan sesuai
dengan standar.
oleh: Dokter Muda Retriani Sutrisno (2011)
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim
Penulis Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Ilmu Kedokteran Forensik, Jakarta:FKUI; 1997.h. 25-36.
2. Corazza O, Schifano F, Ketamin use, near death States Reported in a Sample of 50 Misusers. Informahealthcare.USA. 2010; 916-24
3. Husni,
GM. Hukum Kesehatan Ilmu Kedokteran Forensik, bagian Kedokteran
Forensik Fakulatas Kedokteran Universitas Andala, Padang: FKUNAND;
2007.h.15-26
4. Greyson B, On The Mind/body Problem: The theory of Essence, Journal of Near Death Studies. 1992:7N.
5. Klemerk
KZ, Kersnik J, Grmec S, The Effect Of Carbon Dioxide On Near-Death
Experiences In Out Of Hospital Cardiac Arrest Survivors: A Prospective
Observational Study, Critical Care. 2010:14:R56;p
6. Greyson
B, “False Positive”Claims of Near Death Experiences and “False
Negative” denials of Near Death Experiences, Death
Studies.2005;29:p145-55
7. Kripke DF, The Dark Side of Sleeping Pills. UC San Diego Health System. 2011:4
8. Guernsey E, Apparent Death from Lighning, In: Homeopathic Domestic Practice.William Radde:1857
Tidak ada komentar:
Posting Komentar